TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pengawas Pemilu atau Bawaslu meluncurkan Tim Tanggap Insiden Siber atau Computer Security Incident Response Team (CISRT) untuk mencegah ancaman siber menjelang Pemilu 2024 pada Senin, 13 Maret 2023. Tim ini teregistrasi dan disupervisi oleh Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).
"Bawaslu CSIRT dibentuk sebagai upaya Bawaslu melakukan penyelidikan komprehensif dan melindungi sistem atau data serta pemulihan atas insiden keamanan siber yang terjadi di Bawaslu RI, Bawaslu provinsi dan kabupaten/kota," ujar Koordinator Divisi Penanganan Pelanggaran, Data dan Informasi Bawaslu Puadi saat memberikan sambutan dalam peluncuran CSIRT di Jakarta Utara, Senin, 13 Maret 2023.
Puadi memaparkan Bawaslu kerap mendapat serangan siber dan berpotensi mengalami kebocoran data. Atas alasan tersebut, Puadi menyebut Bawaslu membentuk Tim CSIRT yang bertugas menerima, meninjau dan menanggapi laporan dan aktivitas, potensi, insiden dan gangguan keamanan siber.
"Bawaslu CSIRT bertujuan untuk melakukan penyelidikan komprehensif dan melindungi sistem atau data dan pemulihan atas insiden keamanan siber yang terjadi di Bawaslu RI, Bawaslu Provinsi dan Kabupaten/Kota," ujar Puadi.
Lebih lanjut, Puadi menyebut pada 2024 lembaganya bakal menggunakan teknologi dalam pengawasan, penanganan pelanggaran, dan penyelesaian sengketa. Penggunaan teknologi, kata dia, agar sesuai prinsip transparan, efisien dan efektif.
Puadi menyebut Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam pengawasan pemilu juga merupakan alat ukur dalam peningkatan kualitas pengawasan pemilu. Namun, Puadi menyebut penggunaan TIK juga menimbulkan ancaman baru, yaitu serangan siber terhadap data dan sistem informasi yang digunakan.
"Dampak dari serangan siber tersebut selain merusak sistem informasi dan mengganggu pelayanan publik, namun juga dapat menghilangkan data termasuk bocornya data pribadi, sehingga berpotensi menimbulkan kekacauan politik dan ketidakpercayaan masyarakat pada pelaksanaan dan hasil pemilu," kata Puadi.
Terima 7.650 Gangguan Siber
Puadi mengklaim sampai sekarang Bawaslu telah menerimau 7.650 serangan siber. Bahkan dari 514 Bawaslu yang tersebar di kabupaten/kota di seluruh Indonesia, Puadi menyebut sebanyak 116 di antaranya terdampak serangan siber tersebut.
"Bentuk serangannya ini kaitannya juga dengan data-data ya, yang memang mereka menggunakan data-data ingin mencuri data kami, agar gimana caranya cheat kami, agar bagaimana caranya data kami, itu diketahui oleh orang, karena ini menyangkut kaitannya dengan informasi," kata Puadi.
Ia berharap dengan adanya CSIRT ini gangguan-gangguan siber tersebut dapat diminimalkan. Sehingga, Pemilu 2024 dan kepercayaan masyarakat terhadap Bawaslu dapat terjaga.
Pilihan Editor: Projo Sebut Semua Bakal Capres yang Masuk Radar Mereka Diundang ke Halal Bihalal