TEMPO.CO, Jakarta - Narapidana atau napi terorisme Baharudin Ahmad alias Amir Bima menyebut 70 persen kawan-kawannya di lembaga pemasyarakatan atau Lapas Permisan Nusakambangan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, ingin mengikuti program Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI.
Amir Bima adalah salah satu tokoh terorisme di Bima, Nusa Tenggara Barat, yang beraksi sejak 2010. Dia bahkan merekrut banyak orang, terutama di wilayah Bima dan Poso, Sulawesi Tengah. Selain itu, dia pernah terlibat dalam pendanaan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur atau MIT Poso, dan tertangkap dua kali karena kasus terorisme.
Baca Juga:
Meski begitu, Amir Bima sudah berubah. Di Lapas Nusakambangan, dia menjadi anggota Tim Safari Dakwah. Dia bertugas menyadarkan pemikiran-pemikiran Napi lain di Lapas tersebut.
"Selama mengunjungi Lapas high risk, bertemu dengan orang-orang yang masih ghuluw (keras), berdiskusi dengan mereka," kata Amir Bima dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo pada Kamis malam, 9 Maret 2023.
Lebih jauh, dia menceritakan 90 persen dari mereka dalam posisi tawaquf atau tidak mengkafirkan orang yang mengikuti program NKRI.
"Sebanyak 70 persen dari mereka berkeinginan mengikuti program (NKRI). Hanya saja di sini cukup sulit mendapatkan tambahan literasi untuk membantah pemahaman mereka," tutur Amir Bima.
Dia melanjutkan, hal tersebut menjadi salah satu kendala. Ke depannya, kata dia, pihaknya ingin buku-buku bacaan ditambah.
Pilihan Editor: KPK Temukan Pegawai Pajak Punya Saham di 2 Perusahaan Konsultan Pajak