Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Husein Mutahar: Habib Perumus Paskibraka, Pencipta Lagu Himne Syukur dan Hari Merdeka

Reporter

image-gnews
Husein Mutahar. Wikipedia
Husein Mutahar. Wikipedia
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta -  Husein Mutahar yang bernama asli Habib Muhammad bin Husein al-Mutahar merupakan seorang pejuang kemerdekaan. Prajurit angkatan laut ini dikenal pula sebagai bapak pendiri Paskibraka (Pasukan Pengibar Bendera Pusaka). Selain itu, ia pun merupakan komponis lagu-lagu nasional.

Sosok yang akrab dikenal sebagai Kak Mut ini lahir di Semarang pada 5 Agustus 1916. Ayahnya bernama Sayyid Salim bin Ahmad bin Salim al-Mutahar. Meski tidak pernah menikah semasa hidup, ia punya delapan anak angkat (enam laki-laki dan dua perempuan).

Tokoh keturunan Arab ini mengenyam pendidikan dasar di Europeesche Lagere School sembari mempelajari Al-Quran kepada Encik Nur. Ia melanjutkan sekolahnya ke Meer Uitgebreid Lager Ondereijws (MULO). Selain itu, ia melanjutkan pendidikan agamanya dengan berguru kepada Kyai Saleh. Pada tingkat atas, ia mengambil fokus bahasa Melayu, jurusan Sastra Timur, Algemene Middelbare School, Yogyakarta. Selanjutnya, ia  kuliah di Fakultas Hukum, Universitas Gadjah Mada meskipun tidak menamatkannya.

Ia memilih untuk drop out dari bangku kuliah sebab ikut dalam gerakan revolusi nasional. Ia merupakan Mayor TNI AL dan menjasi ajudan Presiden Soekarno. Selain itu, sosok yang juga merupakan bapak Pramuka Indonesia ini pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka, Departemen P&K. Selepas itu, ia ditunjuk sebagai duta besar negara untuk tahta suci Vatikan. Ia mengakhiri karirnya sebagai PNS.

Sosok peraih penghargaan Bintang Gerilya dan Bintang Mahaputra Pratama ini meninggal pada 9 Juni 2004. Ia dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Jeruk Purut. Sesuai dengan wasiatnya, prosesi pemakamannya berlangsung sederhana dan tanpa upacara kenegaraan.

Penggagas Paskibraka

Mayor Mutahar adalah bagian dari 6 orang pengibar bendera pada tanggal 17 Agustus 1946. Tepat ketika Revolusi Nasional Indonesia sedang berkecamuk, mereka melakukan upacara pengibaran bendera nasional pertama di Yogyakarta dalam rangka memperingati 1 tahun kemerdekaan, yang dipimpin oleh Presiden Sukarno di Istana Gedung Agung. Bersama lima pemuda, dua putri dan tiga putra, ia mengibarkan Bendera Pusaka.

Syaiful Azam, dalam artikel Mutahar Bapak Paskibraka, menuliskan bahwa lima pemuda itu merupakan perwujudan simbol pancasila. Lima pemuda itu pun berasal dari berbagai daerah. Salah satunya ialah Titik Dewi Atmono, pelajar asal Sumatera Barat.

Pada tahun 1967, Husein Mutahar mengajukan ide untuk membentuk pasukan pengerek bendera pusaka pada Presiden Soeharto. Begitu usulannya diterima, ia pun membentuk formasi peleton pengibaran yang terdiri dari 17 pengiring, 8 pembawa bendera, serta 45 pengawal. Formasi ini melambangkan tanggal proklamasi kemerdekaan Indonesia (17-8-45).

Kecintaanya terhadap sang saka pun diakui oleh Peesiden Soekarno. Sewaktu ibu kota jatuh ke tangan Belanda, Soekarno memasrahkan Bendera Pusaka kepada Husein Mutahar. Di tangannya, bendera itu dijaga dari penjajah dengan cara memisahkan dua kain merah dan putih. Sesaat sebelum pengembalian kepada Soekarno, ia pun menjahit ulang bendera itu dengan mengikuti pola jahitan yang dilakukan oleh Fatmawati, istri Soekarno. 

Pencipta Lagu Hari Merdeka dan Himne Syukur

Bondan Winarno, dalam artikel Pemakaman Sederhana Untuk Seorang Luar Biasa, menyatakan bahwa Husein Mutahar merupakan seorang spesialis himne. Karya puncak Husein Muntahar, menurutnya, adalah lagu Himne Syukur yang diputar saban malam untuk menutup siaran TVRI. Lagu-lagu himne ciptaannya pun hampir mencapai seratus buah dengan salah satu karya terakhirnya yaitu Dirgahayu Indonesia (Lagu Resmi Lima Puluh Tahun Kemerdekaan).

Uniknya, lagu Himne Syukur, menurut pengakuannya, diciptakan di toilet hotel Garuda Yogyakarta. Hoegeng, kawan sekamarnya, yang sama-sama sedang mengawal Presiden Soekarno, pun berjasa memberikan kertas dan pulpen bagi Husein Mutahar yang kebelet menuangkan gagasannya. Lagu ini pun masyhur diperdengarkan di berbagai kegiatan kenegaraan.

PRAMODANA

Baca: Husein Mutahar Penyelamat Sang Saka Merah Putih Saat Agresi Militer Belanda

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

UGM Bentuk Tim Usut Dugaan Plagiarisme Dosen Sejarah FIB

1 hari lalu

Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta. (FOTO ANTARA)
UGM Bentuk Tim Usut Dugaan Plagiarisme Dosen Sejarah FIB

Pembentukan tim ini menanggapi tuduhan plagiarisme terhadap dosen Departemen Sejarah FIB UGM Sri Margana dan kawan-kawan.


Dubes Rusia Kenang Pertemuan Soekarno dan Kosmonot Yuri Gagarin

5 hari lalu

Patung Yuri Gagarin. Foto/Facebook/aniesbaswedan
Dubes Rusia Kenang Pertemuan Soekarno dan Kosmonot Yuri Gagarin

Dubes Rusia mengenang pertemuan Soekarno dan Yuri Gagarin.


Epigrafis Riboet Darmosoetopo Wafat di Yogyakarta

7 hari lalu

Riboet Darmosoetopo (Dok. HIMA/Tyassanti Kusumo Dewanti)
Epigrafis Riboet Darmosoetopo Wafat di Yogyakarta

Epigrafis Riboet Darmosoetopo adalah seorang arkeolog senior yang merupakan Alumnus Fakultas Sastra UGM.


20 Kontingen Berpartisipasi dalam Porsenigama ke-41 UGM

20 hari lalu

Pekan Olah Raga dan Seni Universitas Gadjah Mada (Porsenigama) ke-41. UGM.ac.id
20 Kontingen Berpartisipasi dalam Porsenigama ke-41 UGM

Apa itu Porsenigama dan bagaimana penyelenggaraannya? Koordinator Forkom UKM UGM mengajak mengingat tragedi Kanjuruhan yang terjadi 2 tahun lalu.


Yogyakarta Garap Zona Kesehatan di Taman Pintar Bareng UGM

20 hari lalu

Taman Pintar Yogyakarta. Dok. Istimewa
Yogyakarta Garap Zona Kesehatan di Taman Pintar Bareng UGM

Zona Kesehatan Taman Pintar Yogyakarta akan menampilkan alat peraga edukasi terkait kefarmasian terkini.


Sederet Kontroversi Pratikno, Menteri Jokowi yang Juga Dipanggil Prabowo ke Kertanegara

20 hari lalu

Menteri Sekretaris Negara Pratikno tiba di kediaman Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara IV, Jakarta Selatan, 14 Oktober 2024. [Tempo/Eka Yudha]
Sederet Kontroversi Pratikno, Menteri Jokowi yang Juga Dipanggil Prabowo ke Kertanegara

Pratikno mengonfirmasi dirinya akan ditunjuk sebagai menteri oleh presiden terpilih Prabowo Subianto. Berikut daftar kontroversinya


Rektor UGM Ova Emilia Melepas 54 Tim PKM untuk Berlomba dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional ke-37

21 hari lalu

Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) untuk berlomba dalam ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-37 yang akan di gelar di Universitas Airlangga, Surabaya. UGM.ac.id
Rektor UGM Ova Emilia Melepas 54 Tim PKM untuk Berlomba dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional ke-37

UGM mengirimkan puluhan tim Program Kreativitas Mahasiswa untuk berlaga dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-37 di Unair.


Akhir Pemerintahan Jokowi, Dosen PSDK Fisipol UGM Beri Catatan Soal Revolusi Mental yang Sebelumnya Digembar-gemborkan

21 hari lalu

Dosen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSDK) UGM, Maygsi Aldian Suwandi. TEMPO/Rachel Farahdiba Regar
Akhir Pemerintahan Jokowi, Dosen PSDK Fisipol UGM Beri Catatan Soal Revolusi Mental yang Sebelumnya Digembar-gemborkan

Presiden Jokowi mengusung revolusi mental sejak awal pemerintahannya, pada 2014. Awal pengusungan gerakan ini disoroti Dosen PSDK Fisipol UGM.


Dosen PSDK Fisipol UGM: Implementasi Program Revolusi Mental Jokowi Jauh Panggang dari Api

21 hari lalu

Presiden Joko Widodo. Tempo/Ijar Karim
Dosen PSDK Fisipol UGM: Implementasi Program Revolusi Mental Jokowi Jauh Panggang dari Api

Setelah 10 tahun pemerintahan Jokowi, Dosen PSDK Fisipol UGM menyoroti ketidakefektifan pelaksanaan revolusi mental yang digagas selama ini.


Kilas Balik Kabar Duka 36 Tahun Lalu, Sri Sultan Hamengkubuwono IX Wafat di Washington DC

34 hari lalu

Prosesi pemakaman Sultan Hamengkubuwono IX. Foto: Istimewa
Kilas Balik Kabar Duka 36 Tahun Lalu, Sri Sultan Hamengkubuwono IX Wafat di Washington DC

Pada 36 tahun lalu, tepat 2 Oktober 1988, Sri Sultan Hamengkubuwono IX wafat. Kabar dukanya pun terkirim dari Washington DC sampai Indonesia.