Adapun segregasi dapat melibatkan pemisahan spasial ras, maupun penggunaan wajib berbagai institusi, seperti sekolah dan rumah sakit oleh orang-orang dari ras yang berbeda.
Secara khusus, segregasi dapat diterapkan pada aktivitas seperti makan di restoran, minum dari sumber air, menggunakan toilet umum, bersekolah, pergi ke bioskop, naik bus, menyewa atau membeli rumah atau menyewa kamar hotel, yang dikhususkan untuk ras tertentu dan ras lainnya dilarang, atau sebaliknya.
European Commission against Racism and Intolerance atau Komisi Eropa Menentang Rasisme dan Intoleransi mendefinisikan segregasi sebagai tindakan di mana seseorang memisahkan orang lain berdasarkan salah satu alasan yang disebutkan tanpa pembenaran yang objektif dan masuk akal.
Dengan kata lain, definisi ini tak jauh beda dengan pengertian diskriminasi. Kendati begitu, memisahkan diri dari suatu ras atau golongan tidak dikatakan sebagai segregasionis.
Pada sekitar 1950-an, segregasi masih berkembang di Amerika Serikat. Ada papan pengumuman di sebuah kota Amerika, dengan kalimat tegas: NO NIGGERS, NO JEWS, NO DOGS.
Di ruang publik lain tampak pemberitahuan di dinding toilet atau dekat keran air minum: sebelah sini untuk “kulit put
ih”, sebelah sana untuk “kulit berwarna”. Segregasi atau pemisahan dengan kategori tertentu seperti “Negro”, “Yahudi”, orang kulit kuning, cokelat, dan anjing tak boleh ada dalam posisi tertentu. Haram jika berubah.
Sebuah Undang-Undang Perdata dari Virginia tahun 1847: “Barang siapa [orang kulit putih] hadir bersama budak, (atau) orang negro yang bebas… dengan tujuan mengajari mereka membaca atau menulis… akan dihukum penjara….”
Demikianlah definisi dan rincian apa itu segregasionis yang dijadikan salah satu alasan MHA Singapura menolak masuknya UAS awal pekan ini ke negeri tersebut.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca juga : Singapura Ungkap Alasan Tolak UAS: Ekstremis dan Segregasionis
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.