Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Mengenal Yayak Yatmaka, Seniman yang Ditangkap saat Bela Warga Wadas

Reporter

Editor

Nurhadi

image-gnews
Yayak Yatmaka menggelar diskusi sejumlah karya karikaturnya di Galeri Soemardja, ITB, Bandung, Jawa Barat, (18/10). Ratusan karikatur kritikal Yayak dipamerkan dengan judul Gambar Sebagai Senjata Pembebasan. TEMPO/Prima Mulia
Yayak Yatmaka menggelar diskusi sejumlah karya karikaturnya di Galeri Soemardja, ITB, Bandung, Jawa Barat, (18/10). Ratusan karikatur kritikal Yayak dipamerkan dengan judul Gambar Sebagai Senjata Pembebasan. TEMPO/Prima Mulia
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Ratusan aparat kepolisian menyerbu dan menangkap puluhan warga yang menolak rencana pengukuran tanah untuk proyek tambang batu andesit di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Selasa, 8 Februari 2022. Salah satu warga yang turut ditangkap adalah seniman-aktivis Yayak Yatmaka

Siapa Yayak Yatmaka dan bagaimana sepak terjangnya dalam dunia seni dan aktivisme? Dilansir dari Majalah Tempo edisi 15 Mei 2021, Yayak pertama kali membuat karya seni bermuatan isu sosial dan politik semasa menjadi mahasiswa baru di Institut Teknologi Bandung pada 1977. Saat itu, gairah gerakan mahasiswa memanas untuk menurunkan Soeharto. 

Di luar kampus, Yayak aktif mengikuti pergerakan dan jaringan aktivis, termasuk mengawal konflik agraria. Salah satu poster kalendernya berjudul “Tanah untuk Rakyat” (1991) menjadikannya sebagai buronan rezim Orde Baru. 

Sebab, di poster itu Yayak menggambar kumpulan sosok tokoh yang terkait dengan kasus konflik agraria di Indonesia. Salah satu tokohnya tak lain adalah Soeharto yang sedang bermain golf secara telanjang. 

Dalam waktu singkat, poster tersebut menyebar ke berbagai daerah. Satu persatu, siapa pun yang terlibat dalam pembuatan poster mulai diburu oleh aparat. Yayak bersama anak dan istrinya berhasil melarikan diri ke Jerman. 

Selama di Jerman, Yayak tetap bekerja sebagai seorang seniman. Bahkan, pada 1993, ia menggambar sebuah baliho berisikan narasi protes akan korban-korban yang berjatuhan semasa rezim Soeharto. 

“Semasa di luar negeri, aku justru bisa mendapat informasi lebih banyak tentang apa yang terjadi di Indonesia. Dan kejadian apa pun yang berhubungan dengan Soeharto ataupun tentara langsung aku gambar,” kata Yayak. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada 2005, ia kembali ke Indonesia dan menetap di Yogyakarta. Semangat berkarya dengan mengangkat isu kritik kepada pemerintah tak padam. Yayak aktif melukis di media-media poster, buku, hingga menggelar pameran tunggal. 

Sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, semenjak 2007 Yayak melakukan perubahan dalam teknik lukisnya. Yaitu menggambar secara manual di komputer. Selain itu, ia sering mempublikasikan karyanya ke media sosial Facebook. 

Berdasarkan pengamatan Tempo di lapangan, Yayak turut mendukung aksi penolakan warga Wadas terhadap wacana penambangan kuari. Salah satu lukisannya yang terpampang di Desa Wadas yakni berupa baliho bertulisan “Tolak Tambang Andesit di Desa Wadas”. 

Di baliho itu, Yayak menggambar kepala manusia dengan raut wajah memelas. Rambut keriting berwarna hijau, seakan mengindikasikan bahwa kepala itu adalah sebuah pohon. Tepat di dahinya, terdapat sebuah sebuah alat berat yang sedang mengeruk isi kepala. 

HARIS SETYAWAN 

Baca juga: Kronologis Perlawanan Warga Wadas Tak Berhenti Sejak 2013

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

3 hari lalu

Seorang ibu membawa anaknya saat imunisasi Campak dan Polio secara gratis di Gedung Wanita BKOW terhadap warga di kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur, Selasa (18/10). Kampanye Imunisasi Tambahan Campak dan Polio tahap ketiga akan digelar di 17 provinsi di Indonesia mulai dari 18 Oktober hingga 18 November di pos pelayanan imunisasi yang tersebar di posyandu dan puskesmas. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Asal Usul 29 April Ditetapkan sebagai Hari Posyandu Nasional

Presiden Soeharto menetapkan 29 April 1985 sebagai Hari Posyandu Nasional.


Seniman Berdarah Bali Kisahkan Perempuan Batak Lewat Pameran Lukisan Boru ni Raja

4 hari lalu

Lukisan akrilik karya Ni Ketut Ayu Sri Wardani berjudul Holong ni Dainang. (Dok.Galeri Soemardja).
Seniman Berdarah Bali Kisahkan Perempuan Batak Lewat Pameran Lukisan Boru ni Raja

Seniman Bali menggelar pameran lukisan tentang perempuan Batak untuk mewujudkan janji kepada mendiang suaminya.


Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

4 hari lalu

Presiden Soeharto bersama istri Ny. Tien Soeharto saat mengunjungi Museum Pengamon di Berlin, Jerman, 1991. Dok.TEMPO.
Sejarah Hari Ini, Kilas Balik Kematian Ibu Tien Soeharto 28 Tahun Lalu

Walaupun telah meninggal, mendiang Ibu Tien Soeharto tetap dikenang dalam perjalanan sejarah bangsa.


Duet Seniman Bandung, Louise dan Dzikra Gelar Pameran Karya Terbaru di Galeri Orbital

6 hari lalu

Karya Dzikra Afifah berjudul Fragilization by Landscape(Kathe Kollwitz Appropriation) berukuran 33 x 35 x 27 cm. (Dok.Orbital).
Duet Seniman Bandung, Louise dan Dzikra Gelar Pameran Karya Terbaru di Galeri Orbital

Pada kekaryaan pameran ini menurut Rifky, keduanya menemukan nilai artistik melalui kerja bersama di studio.


Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

6 hari lalu

Hormati hak cipta! TEMPO/Fahmi Ali
Setiap 26 April Diperingati Hari Kekayaan Intelektual Sedunia, Ini Awal Penetapannya

Hari Kekayaan Intelektual Sedunia diperingati setiap 26 April. Begini latar belakang penetapannya.


Venice Simplon-Orient-Express Hadirkan Sleeper Train yang Dirancang Seniman

8 hari lalu

Seniman JR, yang mendesain sleeper train L'Observatoire milik Venice Simplon-Orient-Express. (dok. Belmond)
Venice Simplon-Orient-Express Hadirkan Sleeper Train yang Dirancang Seniman

Venice Simplon-Orient-Express pertama kalinya menghadirkan sleeper train yang dirancang khusus oleh seniman


Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

9 hari lalu

Ilustrasi panen padi di sawah. TEMPO/Prima Mulia
Wacana Sawah Padi Cina 1 Juta Hektare di Kalimantan, Guru Besar IPB: Tidak Masuk Akal

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) mengkritik wacana penggunaan lahan 1 juta hektare di Kalimantan untuk adaptasi sawah padi dari Cina.


Lokasi Patung Kuda Arjuna Wijaya Jakarta Kerap Jadi Pusat Unjuk Rasa, Begini Sejarah Pendiriannya

11 hari lalu

Pendukung Prabowo-Gibran dan para pendukung Anies-Muhaimin terlibat bentrokan saat menggelar aksi di area Patung Kuda, Jakarta, 19 April 2024. TEMPO/Martin Yogi Pardamean
Lokasi Patung Kuda Arjuna Wijaya Jakarta Kerap Jadi Pusat Unjuk Rasa, Begini Sejarah Pendiriannya

Patung Kuda Arjuna Wijaya di Jalan Medan Merdeka Jakarta kerap jadi sentral unjuk rasa. Terakhir demo pendukung 01 dan 02 terhadap sengketa pilpres.


Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

11 hari lalu

Maung Zarni. Rohringya.org
Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976


49 Tahun TMII Gagasan Tien Soeharto, Pembangunannya Tuai Pro-kontra

12 hari lalu

Presiden Soeharto bersama istri Ny. Tien Soeharto saat mengunjungi Museum Pengamon di Berlin, Jerman, 1991. Dok.TEMPO.
49 Tahun TMII Gagasan Tien Soeharto, Pembangunannya Tuai Pro-kontra

Tie Soeharto menggagas dibangunnya TMII sebagai proyek mercusuar pemerintahan Soeharto. Proses pembangunannya menuai pro dan kontra.