TEMPO.CO, Batam - Akademikus, Rocky Gerung, menyindir orang-orang yang selalu memuji Presiden Joko Widodo. Padahal, kata dia, Jokowi sudah gagal sebagai kepala negara.
"Ada orang yang selalu cari cara untuk memuliakan orang yang gagal segala hal. Saya membaca surat Profesor Buya Syafii Maarif beberapa waktu lalu yang memuji Jokowi dengan mengatakan kesalahan bangsa ini bukan di Joko Widodo tetapi orang sekitarnya," kata Rocky dalam dialog "Etika dan Kebijakan Publik" LSM Gerakan Bersama Rakyat (Gebrak) di Batam, 11 November 2021.
Apalagi lagi, kata Rocky, Syafii Maarif menyebutkan Jokowi berhasil secara internasional salah satunya terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi G20 2022 mendatang. Padahal, kata Rocky, Indonesia bukan dipilih tetapi sudah giliran sebagai tuan rumah. "Presidensi G20 itu adalah arisan, kebetulan saja sekarang Indonesia mendapat giliran memimpin, bukan dipilih," kata Rocky.
Rokcy mengatakan, Presiden Jokowi gagal sebagai kepala negara karena tidak memiliki konsep yang jelas. Salah satunya yang terjadi di Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa atau dikenal COP 26 di Glasgow, Inggris beberapa waktu lalu. "20 menit sebelum Presiden Jokowi pidato, seluruh menteri Eropa sudah dapat breafing dari Greenpeace tentang data deforestasi Indonesia, jadi ketika presiden pidato orang bilang bohong-bohong," ujar Rocky.
Semua Menteri Eropa ketika itu, kata Rocky, sebenarnya sudah paham arah kebijakan Indonesia dengan mengeluarkan undang-undang omnibus law Cipta Kerja. Menurut mereka UU tersebut bukan untuk mengundang investasi tetapi alat merusak lingkungan dan hutan.
"Artinya demokrasi juga rusak dengan UU itu, tidak ada demokrasi ketika kita tidak sama-sama bernapas dengan monyet dihutan, atau kita berkicau sama burung, begitulah idealis demokrasi seharusnya," kata Rocky.
Rocky juga menyebutkan, aktivis perubahan iklim perempuan yang paling berpengaruh Greta Thunberg akan tertawa melihat pidato Jokowi di COP 26 tersebut. Karena pidato itu tidak ada basis. "Ditambah lagi, 20 menit setelah pidato presiden Menteri KLHK mengeluarkan stateman di tweeter atas nama deforestasi pembangunan dilanjutkan," kata Rocky.
Rocky melihat pidato Jokowi penuh kebohongan dan membuat ribut Eropa. "Masalah itu presiden juga diam, karena tidak tau masalah, kita terus terjebak dalam olok-olok presiden," kata Rocky.
Begitu juga permasalahan PCR kata Rocky. Ia mengatakan, sudah dua minggu PCR menjadi perhatian publik tetapi presiden diam saja. Sedangkan para menteri di bawahnya berkelahi. "Artinya presiden tidak tau masalah, masalahnya selalu presiden tidak tau masalah," kata Rocky.
Ia melanjutkan, praktek menteri dalam bermain bisnis PCR melanggar etika. "Ketika itu dilanggar oleh Luhut, Erick, dan Airlangga, itu melanggar etika, karena regulasi di mereka, ketika mereka berbisnis itu yang melanggar etika, regulator ikut jadi operator.," kata Rocky.
Permasalahan itu menurut Rocky, bagi Presiden Jokowi biasa saja. Karena Jokowi tidak cukup kapasitas untuk memahami masalah itu. "Jadi meskipun dikritik panjang lebar Gus Roy, misalnya tidak mungkin Jokowi paham,"kata Rocky Gerung.
Baca juga: Jokowi Minta Dikritik, Rocky Gerung: Paradoks Permainan Dua Muka