TEMPO.CO, Jakarta - Aktivis Rocky Gerung mengatakan situasi menjelang Pemilu 2024 seperti kandang oligarki beternak politikus. “Karena itu adalah forum formal. Oligarki selalu mencari forum formal untuk beternak politisi,” kata Rocky dalam diskusi KedaiKOPI, Jumat, 15 Oktober 2021.
Rocky menuturkan peternakan itu bisa terbaca mulai dari sekarang, dikunci dengan keberadaan presidential threshold atau ambang batas pencalonan presiden. Kemudian dipagari dengan Covid-19, dan di-backup dengan palang bernama omnibus law.
Menurut dia Pemilu 2024 akan menjadi ruang tertutup. Ia memberikan istilah black market of oligarchy and politic beroperasi. “Di situ akan beroperasi OTT, operasi tukar tambah. Enggak ada yang akan berubah,” ujarnya.
Karena kondisi tersebut, Rocky mengaku terus mengupayakan agar ambang batas pencalonan presiden dibatalkan, omnibus law dilenyapkan, dan Covid-19 tidak dipolitisasi. Jika semua hal tersebut bisa diatasi, Rocky meyakini kemungkinan munculnya calon-calon presiden alternatif. “Andaikan kita bisa atasi itu, maka kita harus sodorkan konsep alternatif,” kata dia.
Rocky menilai yang diinginkan generasi milenial saat ini pertengkaran akademis di dunia politik membahas kesetaraan gender, etika lingkungan, dan new kind of economy. “Mereka (kaum milenial) tanya, ‘Kok kita enggak dengar ya Puan ngomong itu, Ganjar Pranowo ngomong itu, Kang Emil ngomong itu’,” kata Rocky Gerung menceritakan saat berdialog dengan kaum milenial.
FRISKI RIANA
Baca Juga: Ini Cita-cita Rocky Gerung Jika Diangkat Jadi Menkumham