TEMPO.CO, Jakarta - Kolaborator saintis LaporCovid-19, Iqbal Elyazar, menyarankan penyelenggara Pekan Olahraga Nasional XX 2021 atau PON XX Papua belajar dari Olimpiade Tokyo, dalam melaksanakan kegiatan olahraga yang aman di masa pandemi.
“Kita bisa mengikuti proses prevention (pencegahan) mereka luar biasa. Tindakan kegiatan pemantauan juga sangat ketat,” kata Iqbal dalam diskusi, Jumat, 24 September 2021.
Iqbal mengatakan, dari Olimpiade Tokyo, terdapat 788 kasus positif Covid-19 dan hanya 3 orang yang membutuhkan perawatan. Kasus positif tersebut berasal dari atlet, pegawai, panitia penyelenggara, kontraktor, relawan, hingga wartawan.
Belajar dari aturan keamanan yang diaplikasikan di Olimpiade Tokyo, Iqbal menyebut ada aplikasi yang harus digunakan setiap orang untuk pemantauan. Ia pun mempertanyakan apakah penyelenggara PON memiliki platform khusus untuk memantau kondisi tiap orang yang terlibat event olahraga tersebut.
Penyelenggara Olimpiade, kata Iqbal, juga cukup ketat membatasi pergerakan. Selain itu, para atlet juga dites harian untuk memastikan mereka terjaga. Kegiatan makan juga diatur, dengan meniadakan prasmanan. Tersedianya bus untuk mengantar atlet dari asrama ke lokasi pertandingan, melakukan disinfeksi area-area yang banyak disentuh. Juga melarang penonton makan minum bersama di kafe setelah pertandingan.
Iqbal menuturkan, pelaksanaan protokol kesehatan di Olimiade Tokyo sendiri cukup ketat. Panitia, kata Iqbal, pernah memulangkan atlet asal Georgia yang kedapatan berada di luar lokasi Olimpiade.
“Dokumen prokes sudah cukup banyak. Tapi itu eksekusinya kalau terjadi pelanggaran gimana, apakah panitia cukup berani melakukan penindakan,” ujarnya.
Iqbal pun menyarankan penyelenggara PON XX Papua untuk membentuk tim khusus untuk melakukan pemantauan dan pencatatan situasi Covid-19 kepada para atlet, official, petugas pendukung, dan penonton.