TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Melkiades Laka Lena mengatakan komisi akan terus melakukan pengawasan terhadap pengembangan sel dendritik untuk Covid-19. Penelitian sel dendritik ini merupakan kesepakatan baru antara Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat setelah polemik vaksin Nusantara.
"Soal pengawasan melalui Kemenkes yang supervisi penelitian ini di RSPAD terus dilakukan, apalagi banyak anggota Komisi IX yang jadi relawan," kata Melki kepada Tempo, Kamis, 22 April 2021.
Melki sebelumnya menyatakan menyambut baik adanya nota kesepahaman antara Kemenkes, BPOM, dan TNI AD mengenai penelitian sel dendritik. Ia menilai MoU itu menjadi jalan keluar dan solusi terbaik untuk tetap mendorong vaksin Nusantara.
Meski bersalin nama tak lagi menggunakan istilah vaksin Nusantara, Melki meyakini banyak orang yang masih berminat menjadi relawan. Politikus Partai Golkar ini menyebut banyak anggota DPR yang tidak terpengaruh dan tetap semangat mengikuti penelitian yang dibesut mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto itu.
"Banyak yang mau ikut jadi relawan, termasuk teman-teman dokter dan apoteker sudah tidak bisa pada tahap ini karena sudah penuh," kata Melki.
Anggota Komisi IX DPR dari Partai Keadilan Sejahtera Netty Prasetiyani menyatakan mendukung lahirnya kemandirian negara dalam pengembangan vaksin Covid-19. Ia pun meminta pemerintah mendukung inovasi anak bangsa untuk mengurangi ketergantungan terhadap negara lain dalam mengatasi pandemi Covid-19.
"Dukungan tersebut berupa prioritas anggaran, SDM, kebijakan, dan kolaborasi optimal semua elemen terhadap proses penelitian dan pengembangan vaksin nasional yang dilakukan oleh perguruan tinggi atau lembaga penelitian," ujar Netty secara terpisah.
Netty juga meminta BPOM tetap menjaga profesionalitas dan independen dalam memberikan penilaian dan keputusan soal izin edar vaksin dan obat Covid-19. Adapun para peneliti sel dendritik, kata Netty, diharapkan terus berkoordinasi dengan instansi yang terkait agar proses penelitian mereka sesuai prosedur standar.
"Para peneliti vaksin Nusantara harus transparan, obyektif, dan punya integritas terkait penggunaan alat, bahan, dan prosedur penelitian untuk menjamin kualitas, efikasi, dan keamanan vaksin," kata Netty soal penelitian sel dendritik.
Baca juga: Epidemiolog Menilai Sel Dendritik Tak Bisa Disebut Vaksin
BUDIARTI UTAMI PUTRI