TEMPO Interaktif, Jakarta: Sehabis salat Idul Fitri pelaku bom Bali yang kini terpidana mati, Imam Samudra pamer keberanian. Kepada wartawan dalam dan luar negeri yang menengok ke Penjara Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, Imam Samudra selain yakin tak bakal dieksekusi juga mengklaim sebagai musuh nomor satu pemerintah Australia.
Ia juga menolak meminta maaf kepada keluarga para korban yang tewas akibat bom yang ia ledakkan di sebuah kafe di Bali. Sedikitnya 200 orang tewas dalam insiden itu, sebagian warga asing. “Saya tidak akan minta maaf kepada kafir, saya hanya minta maaf kepada korban muslim,” katanya.
Imam baru akan meminta maaf jika Australia dan sekutunya mengakhiri peperangan dengan Mujahidin dan Taliban. Kepada Tempo, Imam mengaku tidak terlalu yakin dengan hasil karyanya meledakkan bom di Bali. Ia mengakui bahwa rencana pengeboman tersebut merupakan hasil karyanya. “Saya yakin itu aksi kami, tapi kalau hasilnya seperti itu, Wallahualam,” ujarnya.
Menurut ia, bahan untuk meledakkan kafe adalah dua ton karbit. Tapi hasilnya seperti seratus ton TNT.
Tentang tata cara pelaksanaan eksekusi, Imam mengaku tidak terima jika harus dihukum mati dengan cara ditembak. Cara tersebut, kata dia, metode yang diterapkan oleh negara kafir. “Itu hukum Belanda,” katanya. Kepada keluarganya, Imam berpesan agar terus bersabar. “Saya minta sabar saja, tidak akan pernah dieksekusi,” ujarnya..
Aris Ardianto