TEMPO.CO, Jakarta-Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md. menilai Bung Karno bukan seorang sekuler. Hal ini disampaikan Mahfud saat menjadi pembicara dalam peluncuran buku karya politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Hamka Haq, berjudul Asas Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, Jejak Pemikiran Soekarno.
"Yang konvensional itu kan selalu membagi politik jadi dua, sekuler dan Islam, lalu Bung Karno dianggap sebagai penganut politik yang sekuler. Bagi saya enggak," kata Mahfud Md dalam webinar, Selasa, 18 Agustus 2020.
Mahfud mengatakan, ia justru menilai Bung Karno sebagai santri. Jika istilah santri dikaitkan dengan orang Islam yang melaksanakan ajaran agama, mulai dari salat hingga naik haji, kata dia, Bung Karno pun melakukannya. "Dari sudut itu Bung Karno santri," kata Mahfud.
Mahfud pun berujar, di dalam perjuangan Islam sendiri ada dua aliran. Pertama ialah mereka yang memperjuangkan Islam dengan cara ingin membentuk negara agama. Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan, kata Mahfud, contohnya ialah Muhammad Nasir.
Adapun aliran kedua ialah pandangan yang berpendapat negara dan agama sebaiknya dipisahkan. Kata Mahfud, Bung Karno adalah salah satu yang berpendapat demikian. "Islam itu kalau mau maju, kata Bung Karno, harus dipisahkan dari negara. Negara negara, agama agama," kata Mahfud.
Ia lantas membeberkan sejumlah tulisan Bung Karno, seperti Memudakan Pengertian Islam, Apa Sebab Turki Memisahkan Agama dan Negara, Masyarakat Onta dan Masyarakat Kapal Udara, Islam Sontoloyo, dan sebagainya. Menurut Mahfud, tulisan-tulisan tersebut menunjukkan sikap semangat Bung Karno membangun Islam tanpa dikaitkan dengan negara.
"Jadi Bung Karno bukan penganut sekularisme, tetapi bertemu bagaimana membangun Islam di sebuah Negara Kesatuan Republik Indonesia, lahirlah Pancasila itu," ujar Mahfud.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini pun menilai Bung Karno adalah orang paling terkemuka dalam perumusan Pancasila sebagai dasar ideologi negara. Menurut dia, Pancasila memang lahir dan digali oleh Bung Karno. "1 Juni ya Bung Karno, 22 Juni Piagam Jakarta ya Bung Karno juga yang pelopori," ucapnya. "Ketika disahkan pada 18 Agustus 1945 itu Bung Karno juga."
BUDIARTI UTAMI PUTRI