TEMPO.CO, Sukoharjo - Rofik Asharudin, terduga pelaku bom di pos polisi Kartasura dikenal sebagai seorang pengangguran di lingkungannya. Dia juga dikenal berperangai tertutup sejak lulus dari salah satu Madrasah Aliyah di Solo, sekitar tiga tahun lalu.
"Saat masih sekolah sih biasa-biasa saja," kata salah satu tetangganya, Endang, Selasa 4 Juni 2019. Dia mengaku mengenal Rofik cukup dekat. Usia mereka hanya terpaut dua tahun. "Waktu kecil sering main bersama," katanya.
Selepas sekolah menengah Rofik sempat mendaftar kuliah dan diterima di salah satu kampus. "Setahu saya malah dapat beasiswa Bidikmisi juga," kata Endang.
Baca: Kapolda Rycko: Bom Kartasura Serangan pada Polisi
Tapi menurut dia, Rofik cuma sekali berangkat ke kampusnya. "Saat masih ospek, habis itu tidak pernah masuk lagi," katanya. Dia tidak mengetahui alasan Rofik tidak mau mengikuti kuliah.
Kepala Dusun Kranggan, Sudalmanto mengatakan orang tua Rofik sebenarnya menginginkan agar anaknya kuliah. "Tapi anaknya tidak mau," katanya. Menurutnya, keluarga menganggap Rofik merupakan anak yang susah diatur.
"Kadang-kadang dia keluar penulup (berburu) burung," katanya. Rofik juga pernah bekerja sebagai penjual gorengan, tapi akhirnya berhenti. Sudalmanto tidak mengetahui alasannya hingga Rofik menghentikan usahanya itu.
Baca juga: Anggota Polri di Pos Polisi Kartasura Selamat dari Ledakan
“Orangnya sangat tertutup," kata Sudalmanto. Dia tidak pernah berinteraksi dengan warga di sekitar lingkungan rumahnya. Bahkan, Rofik juga tidak pernah ikut salat berjamaah dengan warga di musola yang ada di dusun tersebut.
Sudalmanto mengaku sangat terkejut saat mendengar kabar bahwa Rofik diduga kuat merupakan pelaku bom di pos polisi Kartasura. "Kami sama sekali tidak menyangka," katanya. Menurutnya, warga mengetahui kabar tersebut melalui sosial media.
Ledakan bom Kartasura terjadi pada Senin malam, 3 Juni 2019. Pos polisi Kartasura berada tepat di pertigaan Kartasura, jalan raya utama yang menghubungkan Solo dengan Yogyakarta dan Semarang.