TEMPO.CO, Jakarta - Tentara Nasional Indonesia (TNI) hari ini mengirimkan 600 personil tambahan untuk ditempartkan di Kabupaten Nduga, Papua. Pengiriman ini dilakukan pasca terjadinya kontak senjata antara TN) dan Kelompok Kriminal Bersenjata pimpinan Egianus Kogoya yang menewaskan tiga personel TNI.
Baca juga: Kontak Senjata TNI - KKB di Nduga, Ini Lima Faktanya
Tambahan personil ini dilakukan untuk mengambil alih pengerjaan 21 jembatan lintas Nduga menuju ke Wamena. "Pengerjaan nanti dikerjakan oleh 1 batalyon TNI AD, (sedangkan) satu batalyon lain mengamankan," kata Kepala Penerangan Kodam (Kapendam) XVII/ Cenderawasih Kolonel Inf M Aidi saat dihubungi, Selasa, 12 Maret 2019.
Aidi mengatakan pemberangkatan baru dilakukan hari ini dari seharusnya kemarin. Namun karena kondisi permukaan sungai kemarin surut dan terjadi gelombang di muara, sehingga batal. Rute menuju Kabupaten Nduga dari Timika memang melalui jalur sungai melewati Kabupaten Asmat. Perjalanan dengan kapal ini membutuhkan waktu selama tiga hari. "Kami melawan arus dari muara menuju hulu."
Prajurit yang dikirimkan, tutur Aidi, berasal Batalyon Infanteri Para Raider 431 Makassar dan Batalyon Zeni Tempur 8 Makassar. Pelaksana pengerjaan jembatan adalah dari Zipur sedang pengamanan dari Infanteri. "Mereka menjadi satu tim pada saat pelaksaan nanti," kata dia.
Ia menjelaskan keterlibatan TNI dalam pengerjaan infrastruktur karena kontraktor kesulitan mencari karyawan. Saat ini tidak ada lagi pekerja yang masuk ke Ndug, sehingga pengerjaan diambil alih semua oleh TNI.
Sebelumnya, sejumlah personel TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas Penegakan Hukum diserang KKB di Distrik Mugi, Nduga, pada Kamis, 7 Maret 2019. Insiden itu terjadi saat Satgas Gakkum melakukan pengamanan pergeseran pasukan yang akan menjaga pembangunan infrastruktur Trans Papua Wamena-Mumugu. Dalam insiden itu, 3 personel TNI tewas, sementara di pihak KKB diperkirakan 10 orang tewas.