TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Narapidana terorisme, Noeim Baasyir, 45 tahun, yang meninggal dunia karena sakit ternyata seorang sarjana komputer dan mengajar sebagai guru di sebuah sekolah dasar (SD) di Solo.
"Almarhum kakak saya ini, orangnya cerdas dan dia juga seorang sarjana komputer," kata Muhammad Fauzi adik kandung Noeim, di rumah duka Jalan Kenong, Kelurahan Joyotakan RT 03 RW 04, Serengan, Solo, Ahad, 24 Februari 2019.
Menurut Muhammad Fauzi kakaknya itu, seorang sarjana komputer sebelum dia ditangkap oleh polisi, mengajar di sebuah sekolah dasar sebagai guru. Dan, dia juga memiliki usaha rental komputer menerima jasa pengetikan skripsi di rumahnya.
"Dia otaknya cerdas saat di LP panggilan pak guru," kata Muhammad Fauzi.
Fauzi menjelaskan Noeim anak nomor 8 dari 9 bersaudara. Almarhum meninggalkan seorang istri, Nunik, dan seorang anak.
"Noeim bebas dari tahanan kasus terorisme, pada Selasa ((19/2). Saya bersama keluarga yang menjemput dia mendampingi hingga di rumahnya," kata Fauzi.
Menurut dia, Noeim bebas dari tahanan dalam kondisi sehat, dan dia sudah 5 hari tinggal di rumahnya. Menurut dia, yang tidak bisa dilupakan dari kakaknya tersebut, sebagai seorang aktivis muslim, dan dia mengalami pergelokan politik.
Fauzi mengatakan, almarhum tetap gagah sesuai yang diyakini kebenarannya. Noeim Baasyir divonis 6 tahun penjara dan sudah menjalani hukuman selama 5 tahun sembilan bulan.
Ia diberitakan meninggal di Rumah Sakit Umum Islam (RSUI) Kustati, Solo, pada Sabtu (23/2) sekitar pukul 21.00 WIB. Almarhum sebelum meninggal mempunyai riwayat penyakit asma.
Jenazah Noeim Baasyir setelah disholatkan di Mesjid Riyadlul Falah Padangan Joyontakan Serengan Solo, kemudian diberangkatkan ke tempat pemakaman umum Muslim Polokarto Sukoharjo. Jenazah diberangkatkan dari rumah duka, pada pukul 08.45 WIB.