TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir meminta anggota Muhammadiyah tak perlu secara gamblang menunjukan sikap politik. Hal ini diungkapkan Haedar saat memberi sambutan dalam pembukaan sidang tanwir PP Muhammadiyah ke-51 di Bengkulu hari ini.
Baca: Jokowi Tiba di Bengkulu, Hadiri Sidang Tanwir Muhammadiyah
"Di tanwir yang mencerahkan ini, bila ingin berfoto bersama, beraksilah dengan riang gembira. Tak perlu sambil mengambil jari tangan satu atau dua," kata Haedar, Jumat, 15 Februari 2019.
Sambil tersenyum, Haedar mengatakan dengan mengacungkan satu jari atau dua jari, maka sisa jari lain akan protes. Ia berseloroh hal tersebut merupakan bentuk diskriminasi.
"Jangan sampai sembilan sampai delapan jari yang tidak diajak foto bersama itu, suatu saat meminta pertanggung jawaban si empunya," kata Haedar, yang diiringi gemuruh tawa peserta tanwir.
Baca: Sidang Tanwir di Bengkulu, Muhammadiyah Undang Jokowi dan Prabowo
Sidang tanwir Muhammadiyah ke-51 mengagendakan membahas empat agenda besar yang berkaitan dengan persoalan organisasi, keumatan, dan kebangsaan. Adapun isu pertama yang dibahas adalah perubahan anggaran rumah tangga Muhammadiyah. Kedua, akan disampaikan pokok-pokok pikiran Muhammadiyah mengenai kehidupan keumatan dan kebangsaan.
Ketiga, mendengarkan ceramah dari tokoh nasional, yaitu calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo dan calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto. Keduanya diundang dalam kapasitasnya sebagai tokoh nasional. Agenda pembahasan keempat adalah dinamika persyarikatan Muhammadiyah, baik di tingkat nasional dan wilayah.
Haedar meminta kepada para peserta tanwir untuk ikut bermusyawarah dengan semangat ukhuwah, cerdas, dan produktif. Ia pun berharap peserta tanwir dapat mempraktikan sikap lebih banyak tersenyum.
Baca: Tanwir di Bengkulu, Jokowi Cerita Kedekatan dengan Muhammadiyah
"Lumayan membuat kita cerah dan awet muda. Tersenyum bagi kita, selain membuat cerah hati dan pikiran, juga merupakan sodakoh yang diajarkan nabi," kata Haedar.