TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto - Sandiaga Uno (Prabowo-Sandi) Ferdinand Hutahaean menilai, pernyataan Presiden Joko Widodo atau Jokowi yang belakangan kerap menepis isu bahwa dirinya bukan simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI), dikarenakan kepanikan isu yang berkembang tersebut bisa menggerus elektabilitas Jokowi.
Baca juga: Kubu Jokowi: Ibarat Main Bulutangkis, Prabowo Banyak Beri Poin
"Saya pribadi percaya Jokowi bukanlah PKI dan tidak pernah melakukan aktivitas sebagai aktivis PKI," ujar Ferdinand saat dihubungi Tempo pada Sabtu, 24 November 2018.
Menurut Ferdinand, isu tersebut muncul karena keingintahuan publik akan silsilah keluarga Jokowi. Ferdinand menuding, selama ini silsilah keluarga Jokowi kabur dan kurang kelas. Untuk itu, Ferdinand menyarankan agar Jokowi mengungkap
setidaknya lima generasi di atasnya atau identitas kakek dan neneknya, agar publik percaya bahwa Jokowi memang bukan PKI.
"Ini lebih efektif daripada Pak Jokowi bersusah payah menjelaskan dirinya bukan PKI. Itu penting agar tuduhan tuduhan itu patah," ujar Politikus Demokrat ini.
Menurut Ferdinand, cara seperti ini efektif untuk menjelaskan semuanya secara gamblang. "Kalau Pak Jokowi tidak juga mau jelaskan silsilahnya, ya jangan salahkan publik terus berprasangka dan menduga-duga. Tapi sekali lagi, saya yakin Jokowi tidak terlibat PKI 1965," ujar dia.
Baca juga: Timses Jokowi Tanggapi Pidato Prabowo yang Singgung Tukang Ojek
Survei internal koalisi Jokowi, ada 6 persen masyarakat atau 9 juta orang Indonesia yang percaya bahwa Jokowi adalah simpatisan PKI. "Padahal itu bohong. Apakah ini tidak perlu dijawab?" ujar Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi - Ma'ruf, Abdul Kadir Karding saat dihubungi Tempo secara terpisah.
Menurut Karding, pernyataan Jokowi yang menyebut akan menabok penyebar hoax yang memfitnah Jokowi simpatisan PKI, adalah hal wajar. Politikus PKB ini menilai, Jokowi berbicara demikian karena beranggapan bahwa isu hoax yang menyerangnya sudah keterlaluan dan bisa merusak sendi-sendi kehidupan bangsa. "Ini juga bisa memecah belah bangsa," ujar Karding.