TEMPO.CO, Jakarta - Tim penyelamatan gabungan jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang memperluas wilayah pencarian korban dan bangkai pesawat. Direktur Kesiapsiagaan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Didi Hamzah mengatakan pergerakan arus laut, angin, dan suhu memungkinkan posisi bangkai pesawat dan korban bergeser dari posisi semula.
Baca: RS Polri Telah Data 147 DNA dari 189 Korban Lion Air JT 610
"Posisi pukul 10 sama pukul 11 itu saja sudah berbeda. Semakin lama, titik gesernya makin jauh," kata Didi di kantor pusat Basarnas, Selasa, 30 Oktober 2018.
Basarnas menduga puing pesawat dan korban tersebar hingga radius 15 nautical mile (sekitar 27,7 kilometer) dari titik hilangnya pesawat di perairan Tanjung Karawang. Pada pencarian hari pertama kemarin, tim telah melakukan pencarian dalam radius 5 nautical mile. Kemarin, tim memperluas jangkauan hingga radius 10 nautical mile. Rencananya, area pencarian bakal kembali diperluas hingga radius 15 nautical mile pada hari ini.
Dalam pencarian kemarin, tim membagi wilayah pencarian menjadi dua wilayah prioritas. Daerah prioritas pertama berada di sisi timur dan selatan dari titik hilangnya pesawat. Di area ini, tim akan menggunakan empat kapal yang dilengkapi multi-beam sonar dan ping locator (detektor kotak hitam) untuk mendeteksi keberadaan bangkai pesawat. Adapun pada daerah prioritas kedua yang berada di utara dan barat dari titik hilangnya pesawat, tim akan menyisir permukaan laut untuk mencari serpihan pesawat dan potongan tubuh yang mengambang.
Baca: Potongan Tubuh, KTP, dan BPJS Ditemukan di Lokasi Lion Air Jatuh
Kepala Basarnas Marsekal Madya Muhammad Syaugi menuturkan, untuk mempercepat pencarian bangkai pesawat, timnya juga memanfaatkan alat canggih bernama multi-beam echo sounder. Alat ini sanggup memindai dasar laut dalam radius 150 meter. "Itu seperti yang kami gunakan di Danau Toba untuk menemukan KM Sinar Bangun," katanya.
Proses pencarian korban dan bangkai pesawat Lion Air JT 610 sudah mulai dilakukan sejak Senin lalu. Ratusan penyelam dari Basarnas dan Komando Pasukan Katak TNI Angkatan Laut diterjunkan. Namun, hingga semalam, belum ada tanda-tanda tubuh pesawat yang jatuh pada Senin pagi itu. Sebanyak 181 penumpang dan 7 kru pesawat diperkirakan meninggal.
Serpihan pesawat, identitas korban, dan potongan tubuh pertama kali ditemukan di titik 40,2 kilometer dari bibir Pantai Pakis Jaya, Tanjung Karawang. Menurut Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Deden Ridwansyah, kondisi laut yang berarus deras menjadi tantangan bagi penyelam. Terlebih, kata dia, air laut di lokasi penemuan serpihan pesawat telah keruh karena bercampur dengan avtur pesawat.
Baca: Anggota DPR Sebut Pemerintah Lalai dalam Insiden Lion Air JT 610
Hingga kemarin, tim baru menemukan potongan tubuh, identitas, dan puing pesawat. Evakuasi korban dan puing-puing dilakukan menggunakan perahu karet dan dikumpulkan di kapal besar. Sebanyak 34 kantong mayat telah dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati untuk diidentifikasi.
Wakil Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi Haryo Satmiko mengatakan ada tawaran bantuan untuk mencari Lion Air JT 610, yakni dari Argentina, Amerika Serikat, Singapura, dan Malaysia. Saat ini, sudah ada tiga personel dari Transport Safety Investigation Bureau, Singapura, yang ikut membantu pencarian. Singapura juga mengirimkan alat hydrophone yang bisa digunakan untuk mendengar suara dari dalam air. “Besok Rabu (hari ini) akan datang 10 teknisi dari Amerika Serikat,” katanya.
MAYA AYU | FRANCISCA CHRISTY ROSANA | AQIB SOFWANDI