INFO NASIONAL - Bangsa Indonesia banyak yang tidak menyadari bahwa sejak awal kemerdekaan hingga saat ini, banyak upaya dilakukan untuk melemahkan, bahkan menghilangkan Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara Indonesia. Jadi banyak sekali upaya sistematis yang tidak ingin bangsa ini mengingat lagi, hal yang sangat fundamental dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yakni Pancasila.
Beberapa upaya tersebut antara lain tokoh sentral PKI DN. Waktu itu, Aidit menyampaikan bahwa Pancasila itu alat pemersatu bangsa, tapi kalau Indonesia sudah bersatu, Pancasila tidak dibutuhkan lagi. Puncaknya adalah peristiwa G 30 S PKI. Upaya lainnya pemberontakan DI/TII, Permesta, dan sebagainya.
Baca Juga:
Hal tersebut diungkapkan Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Mahyudin dalam acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bekerja sama dengan P4TK, KNPI Jatim, juga RH Center di Gedung Krakatau, Kompleks Gedung PPPPTK PKn dan IPS, Kota Batu, Jawa Timur, Selasa, 28 Agustus 2018. Hadir dalam acara tersebut anggota MPR, Ridwan Hisham, Kepala P4TK PKn dan IPS Subandi, serta sekitar 500 lebih peserta guru-guru PKn dan IPS serta anggota KNPI se-Kota Batu.
"Jadi kita lihat sejarah dari Indonesia merdeka sampai sekarang, sudah berapa kali upaya mengganti Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara itu. Namun alhamdulillah selalu gagal total, termasuk pemberontakan fenomenal G 30 S PKI. Pancasila ternyata masih sakti," katanya.
Era kekinian, kta Mahyudin, ancaman-ancaman tersebut belum surut, bahkan terus muncul dengan berbagai wujud baru, antara lain narkoba, masuknya pemahaman-pemahaman radikal mendegradasi nasionalisme anak bangsa, sampai kemajuan teknologi dan media sosial pun bisa menggerus nasionalisme anak bangsa, terutama generasi muda jika tidak bijak juga hati-hati dalam menggunakannya.
Baca Juga:
"MPR dengan Sosialisasi Empat Pilarnya (Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika) adalah upaya negara membendung berbagai potensi ancaman tersebut dengan me-refresh kembali pemahaman anak bangsa Indonesia akan nilai-nilai luhur bangsa," ujarnya.
Namun Mahyudin mengingatkan segala upaya me-refresh kembali pemahaman nilai-nilai luhur bangsa butuh peran serta kiprah aktif seluruh anak bangsa. "Intinya semua saling mengingatkan satu sama lain. Menjadi agen pemahaman Pancasila di lingkungan sekitarnya, seperti peran para guru dan pendidik yang sangat strategis perannya di lingkungan sekolah dan dunia pendidikan," tutur Mahyudin. (*)