TEMPO.CO, Bima - Korban gempa Lombok masih bertahan di pengungsian lantaran khawatir terjadi gempa susulan. "Kami masih takut tinggal di rumah," kata Hero salah satu pengungsi yang berada di Lapangan Bayan, Lombok Utara, kepada Tempo melalui telepon, Rabu 8 Agustus 2018. Sebagian pengungsi juga bertahan di pengungsian karena tidak punya rumah lagi.
Gempa yang terjadi berkali-kali membuat rumah yang rusak ringan atau berat akibat gempa Lombok pada 29 Juli, menjadi rata dengan tanah setelah gempa berkekuatan 7 skala Richter pada Ahad lalu, 5 Agustus 2018. "Ada gempa pada Ahad malam kemarin, rumah mereka ambruk," ujar Hero yang berprofesi sebagai guru itu.
Baca:
Gempa Lombok, Gubernur NTB Instruksikan Langkah Penanganan Ini
Mesut Ozil Sampaikan Belasungkawa untuk Korban Gempa Lombok
Hingga pagi tadi, gempa susulan dengan skala kecil masih sering terjadi. Sekretaris Daerah Pemerintah Lombok Utara Suardi mengatakan pengungsi gempa Lombok sangat membutuhkan bantuan. "Yang dibutuhkan sekarang adalah tenda, selimut, makanan, dan obat obatan," kata dia.
Kantor SAR Mataram mengirimkan timnya ke lokasi terparah, yakni Lombok Utara, Bayan, Kayangan, Gangga, Tanjung dan Pemenang. “Informasinya, pengungsi kehabisan makanan," kata Komandan Komando Resor Militer (Danrem) 162/Wira Bhakti Kolonel Czi Ahmad Rizal Ramdhani.
Baca: Gempa Lombok Utara, Satu Keluarga Meninggal ...
Di pengungsian mereka juga kesulitan mendapatkan air, dan tidak bisa mendapatkan listrik. Listrik padam sudah tiga malam. “Kami dapat penerangan dari genset milik BPBD," kata salah seorang pengungsi di lapangan Bayan, Lombok Utara.
Zulkifli, penduduk Senaru mengatakan gempa membuatnya kesulitan menelepon. “Terkadang sambung terkadang tidak. Listrik juga padam."