TEMPO.CO, Jakarta - Gempa Lombok berkekuatan 7 Skala Richter membuat warga Lombok Barat ikut merasakan getaran yang hebat. Pengurus Pondok Pesantren Banu Sanusi di Desa Sesela, Kabupaten Lombok Barat, Farul Mustafa mengisahkan situasi yang mencekam di pondok pesantren itu.
"Pesantren ini seolah-olah mau runtuh sewaktu bergoyang," kata pria yang akrab disapa Arul kepada Tempo, Senin 6 Agustus 2018 pagi.
Baca juga: PVMBG Ungkap Penyebab Gempa di Lombok Lebih Kuat
Sedangkan para penghuni kompleks pemukiman Panorama Alam Sesela- yang berlokasi tak jauh dari pesantren memilih lapangan sebagai tempat mencari aman dari kemungkinan runtuhan bangunaannya. Mereka menggunakan terpal terbuka bukan tenda sebagai lokasi mengungsi.
"Kami swadaya. Butuh selimut dan konsumsi," ujar Arul yang juga merangkap ketua RT 07 Dusun Dasa Utama di Desa Sesela tersebut.
Menurut Fahrul seluruh siswa dan santri di sana diliburkan hari ini. Untuk Pesantren Banu Sanusi, sebanyak 350 santri dipulangkan. Libur belum diketahui sampai kapan, sambil menunggu situasi aman.
Baca juga: BMKG Mencabut Peringatan Dini Tsunami Gempa Lombok
Sebelumnya Gubernur Nusa Tenggara Barat Tuan Guru Bajang atau TGB Zainul Majdi menginstruksikan seluruh siswa di lokasi terdampak gempa diliburkan.
Kepala Stasiun Geofisika Mataram Agus Riyanto mengatakan gempa Lombok yang terjadi semalam diakuinya sangat kuat dirasakan. "Jadi benar-benar besar. Bisa dikatakan mencekam. Rumah seolah bergoyang mau runtuh," ucapnya.