TEMPO.CO, Jakarta - Pertemuan antara Wakil Presiden Jusuf Kalla atau biasa disapa JK dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) plus Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memunculkan spekulasi seputar pemilihan presiden (pilpres). Apalagi, JK pun bertemu dengan petinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Salah satu spekulasi yang berkembang adalah adanya koalisi antara Golkar dengan Demokrat.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Ace Hasan Syadzily mengatakan belum pernah ada pembicaraan soal koalisi alternatif dalam pilpres 2019. Ace mengatakan Golkar bakal tetap konsisten menjadi koalisi pengusung Joko Widodo alias Jokowi. "Kami bertekad bulat untuk mendukung Pak Jokowi sebagai capres 2019," kata Ace melalui pesan pada Selasa malam, 26 Juni 2018.
Simak: Kata AHY Soal Koalisi Pilpres 2019.
Namun, Ace mengatakan Golkar malah ingin mengajak Demokrat bergabung dalam koalisi untuk mendukung Jokowi. Dalam pemilihan presiden 2014, Demokrat memang tidak ada dalam barisan partai koalisi yang mendukung Jokowi. "Jujur saja, kami ingin bersama Partai Demokrat untuk sama-sama mendukung pemerintahan Jokowi agar lebih kuat dalam pilpres 2019," kata Ace.
Ace mengatakan hubungan Golkar dan Demokrat selama ini selalu rukun. Kedua partai ini bahkan berkoalisi di beberapa pemilihan kepala daerah. Misalnya, dalam Pemilihan Gubernur Jawa Timur yang mengusung pasangan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak. Pun di Jawa Barat yang menyorongkan pasangan Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi.
Baca juga: Demokrat Tunggu Durian Runtuh Koalisi Pilpres
Berbeda dengan Golkar, Ketua Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean justru mengatakan nama JK kerap muncul sebagai kadidat yang bakal mereka usung dalam pilpres. Ferdinand menuturkan, ada wacana Demokrat ingin memasangkan JK dengan AHY.
Ferdinand menyebut Demokrat bahkan sudah berkomunikasi dengan tokoh-tokoh Golkar ihwal peluang mengusung Kalla. Namun, dia mengakui pembicaraan resmi antarpartai belum terjadi.
Pantau hasil hitung cepat Tempo bersama LSI Denny JA, Indo Barometer, dan Charta Politika di sini
Ferdinand mengakui tak mudah langsung bertemu antarpartai. Apalagi, kata dia, alih-alih mengusung JK dalam pilpres arah politik Golkar belakangan ini menginginkan Airlangga Hartarto untuk mendampingi Jokowi. Kendati begitu, Demokrat menganggap semua kemungkinan bisa terjadi. "Golkar baru menyatakan akan mendukung, belum mendeklarasikan mendukung siapa dan siapa (pasangan calon) di 2019," kata Ferdinand kepada Tempo, Jumat, 22 Juni lalu.