TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menggalang dana kampanye untuk menghadapi pemilihan kepala daerah atau pilkada serentak dan pemilihan presiden. Anggota Badan Komunikasi Partai Gerindra, Andre Rosiade, mengatakan, memang dibutuhkan banyak dana untuk menghadapi dua pesta demokrasi itu.
"Biaya politik semakin mahal," kata Andre menjelaskan alasan partainya menggalang dana ketika dihubungi Selasa, 26 Juni 2018. Ia mencontohkan dana saksi yang ditempatkan di semua tempat pemungutan suara (TPS) membutuhkan triliun rupiah. Sedangkan, di sisi lain, kemampuan dan logistik partai saat ini terbatas.
Baca: Prabowo: Saya Mengkritik, Bukan Mencaci Pemerintah.
Andre mengatakan pendanaan partai selama ini bergantung dari kader. Para kader bergotong royong memenuhi kebutuhan. Namun hanya 20 persen dari kebutuhan partai yang mampu dipenuhi. Karena itu, Prabowo menyerukan penggalangan dana.
Menghadapi pemilihan presiden 2019, Prabowo melakukan penggalangan dana untuk partainya demi membiayai ongkos politik dalam pemilihan kepala daerah 2018. Penggalangan dana dilakukan melalui aplikasi Telegram dengan akun @GalangPerjuangan.
Simak juga: Prabowo Sindir Pemimpin yang Suka Pencitraan.
Lantas, sudah berapa banyak dana yang terkumpul sejak penggalangan dana dibuka pada 23 Juni lalu? Andre mengatakan, sampai saat ini, dana yang berhasil dihimpun dari hasil penggalangan untuk Gerindra sudah mencapai sekitar Rp 296 juta. “Sampai sekarang, totalnya sekitar segitu,” ucapnya.
Andre menuturkan skema penggalangan dana publik yang diserukan Prabowo ini sudah lazim diterapkan, baik di dalam maupun luar negeri. Selain menjaga transparansi dana operasional partai, kata dia, skema menggalang dana kampanye memastikan kredibilitas politikus Gerindra. "Skema ini menjaga politikus agar tidak diatur pemegang dana. Jangan sampai diatur cukong," ujarnya.