TEMPO.CO, Semarang - Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto menyindir banyak pejabat yang gemar akting dan melakukan pencitraan. Mereka bahkan senang berkomentar normatif, seolah selalu bekerja dengan baik.
"Komentarnya selalu normatif. Harga pokok stabil, perekonomian membaik, inflasi terkendali. Musim Lebaran, mudik lancar. Pemimpin kita di banyak level pandai bicara, tapi pandainya pandai akting, inti masalah tidak menyentuh," ujar Prabowo di PRPP Semarang, Sabtu, 23 Juni 2018.
Baca: Buka Penggalangan Dana, Gerindra Bantah Prabowo Kehabisan Uang
Prabowo juga mengatakan sering dihujat karena berkata apa adanya mengenai kondisi negara. Ia mengatakan sering dimusuhi banyak pihak karena membuka kondisi yang sedang terjadi, padahal ia berniat ingin memberi kritik yang membangun. Prabowo mencontohkan kondisi pertahanan di negara yang harus diperkuat.
"Saya bilang TNI lemah, dikatakan merendahkan mereka. Gerindra adalah satu-satunya partai yang menolak APBN karena kami meminta anggaran untuk TNI meningkat. Menhan mengatakan, kalau Indonesia perang, hanya bisa bertahan selama tiga hari. Pertahanan beras hanya bisa 18 hari, BBM bertahan 21 hari. Makanya bener saya latihan naik kuda," seloroh Prabowo.
Dalam negara demokrasi, kata Prabowo, pergantian pemimpin adalah hal yang biasa. Hanya, banyak yang menolak dilengserkan sehingga menghalalkan bermacam cara untuk tetap bertahan.
"Kami komit pada Undang-Undang Dasar 45. Kami akan memimpin kalau kami diberi izin oleh rakyat. Demokrasi, salah satunya, adalah jalan melakukan demokrasi politik damai. Mengganti pemimpin adalah hal biasa. Tapi yang sudah memimpin tidak mau diganti. Semestinya serahkan kepada rakyat," ujar Prabowo.
Baca: Prabowo Galang Dana, Begini Aturan KPU Soal Sumbangan Kampanye
"Saya kasihan sama Bung Karno. Dijadikan ikon, tapi di partai tersebut kurang dimaknai di partai itu. Padahal Bung Karno adalah orang yang Marhaenis. Bersama Bung Hatta membela rakyat. Ada Wahid Hasyim, Agus Salim, yang semua berjuang, yang ikut merumuskan UUD 45 sebagai letak bernegara dan berbangsa. Kalau lupa kaidah, jangan sampai mengalami kesulitan. Dasar filosofi negara adalah Pancasila," kata Prabowo.
Prabowo juga mengkritik banyak elite politik dan pejabat yang diberi kedudukan tapi bungkam saat kekayaan Indonesia mengalir ke luar negeri.
Dalam kesempatan itu, Prabowo membuka data, mulai kondisi kemiskinan di Indonesia, utang negara, inflasi, cadangan devisa negara, hingga kekayaan negara yang separuhnya dikuasai satu persen penduduknya. Data tersebut ia rangkum dalam buku yang ditulisnya sendiri, “Pandangan Strategis Prabowo Subianto. Paradoks Indonesia. Negara Kaya Raya, tetapi Masih Nampak Rakyat Hidup Miskin”.