TEMPO.CO, Surabaya - Kementerian Sosial mengambil alih penanganan lanjutan tujuh anak terduga teroris dan peledak bom Surabaya dan Sidoarjo, Selasa, 12 Juni 2018. Kepolisian Daerah Jawa Timur menyerahkan perawatan psikologis ketujuh anak itu hari ini di Mapolda Jatim.
“Anak-anak itu telah selesai menjalani perawatan medis,” kata Kapolda Jatim Irjen Machfud Arifin, Selasa, 12 Juni 2018. Tujuh bocah itu adalah AAP, 7 tahun, anak Tri Murtiono, pelaku pengeboman di Mapolrestabes Surabaya; anak-anak Anton Febrianto, terduga teroris di rumah susun Wonocolo, Sidoarjo, AR, 15 tahun; FP, 11 tahun, dan GHA, 10 tahun; dan 3 orang anak Teguh alias Dedy Sulistianto yang tewas dalam penyergapan Densus 88 di Manukan Kulon, Surabaya.
Baca:
Tri Rismaharini: Cita-cita Anak Pelaku Bom di ...
Setelah Bom Surabaya, Risma Bangun ...
Kementerian Sosial, ujar Machfud, akan melanjutkan perawatan dan pendampingan psikologis meski sebelumnya pendampingan psikologis juga sudah pernah dilakukan. Secara umum kondisi anak-anak itu saat ini sudah membaik dan menampakkan keceriaan. Namun, ia mengakui ada beberapa pemahaman yang perlu diluruskan dan itu membutuhkan bantuan ahli agama. “Yang paling penting adalah pemahaman keagamaan yang perlu diperbaiki."
Machfud mengatakan Kementerian Sosial akan menentukan pihak yang mengasuh mereka. Kementerian juga akan memilihkan sekolah terbaik untuk mereka. "Pokoknya sudah komplit.”
Baca:
Masih Berduka Kasus Bom, Risma: HUT ...
Komentar Mengejutkan Aman Abdurrahman Soal Bom Surabaya ...
Pagi tadi, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengunjungi anak-anak itu. Risma datang ke Rumah Sakit Bhayangkara Samsoeri Mertoyoso bersama Kapolrestabes Komisaris Besar Rudi Setiawan sekitar pukul 08.35. Ia langsung memasuki ruangan Anggrek 20 yang menjadi Crisis Center bagi anak-anak itu. Selama 30 menit, ia berbincang dengan 7 anak terduga teroris di Surabaya dan Sidoarjo. "Sudah baik, sudah ceria. Aku bawakan mereka bola dan buku," kata Risma saat ditemui awak media.
Risma menjelaskan penanganan lanjutan anak-anak itu akan dilakukan oleh Kementerian Sosial. Mereka akan dikumpulkan dalam satu tempat rehabilitasi khusus yang lokasinya dirahasiakan. "Kami tidak bisa (bekerja) sendiri-sendiri." Ia berharap anak-anak peledak bom Surabaya dan Sidoarjo bisa tumbuh normal layaknya anak-anak umumnya.