TEMPO.CO, Jakarta - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini bertindak cepat dalam menangani situasi pasca-terjadinya bom Surabaya. Ia langsung menyiapkan sejumlah langkah untuk memulihkan dan menyemangati warganya yang menjadi korban.
"Ada pendampingan terus sampai para ahli punya peta bahwa ini sudah normal," kata Risma saat wawancara eksklusif dengan tim Tempo, akhir pekan lalu.
Baca: Bom Surabaya, Sidney Jones: Ekstremis Tak Mau Korbankan Anaknya
Bom bunuh diri yang melibatkan keluarga inti menyerang ibu kota Provinsi Jawa Timur ini pada Ahad dan Senin, 13 dan 14 Mei 2018. Bom ini beruntun meledak di tiga gereja, yaitu Gereja Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya dan Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jalan Diponegoro, serta Gereja Pantekosta Pusat Surabaya di Jalan Arjono, serta di gerbang Markas Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya. Bom juga meledak di Rumah Susun Sederhana Sewa Wonocolo, Sidoarjo. Akibat bom itu, 29 orang tewas dan 56 terluka.
Risma menambahkan pemerintah kota juga membangun trauma center di Universitas Surabaya, Universitas Airlangga, juga ada di Pusat Pembelajaran Keluarga. "Kami juga siapkan di wilayah Surabaya Barat," katanya.
Baca: Tetangga Sebut Terduga Pelaku Bom Surabaya Sering Kedatangan Tamu
Ia juga menuturkan ada penguatan baik di lingkungan perumahan, sekolah, pendidikan, maupun di masjid dan tempat ibadah. "Kami siapkan jaringan pengamanan berbasis teknologi di sekolah, perumahan, dan tempat ibadah. Yang pegang sistemnya pak RT/RW. Kami juga berkomunikasi dengan guru dan kepala sekolah," tuturnya.
Selain membangun pengamanan berbasis teknologi, Risma juga mengajak warganya untuk bangkit setelah terjadinya bom Surabaya. "Kami harus makin erat bergandengan tangan melawan ancaman," katanya.