TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY enggan menanggapi pertanyaan soal isu pemilihan presiden saat dicegat sejumlah awak media seusai membuka acara Gerakan Pasar Murah Demokrat di Gedung DPP Partai Demokrat, Wisma Proklamasi, Jakarta, Kamis, 7 Juni 2018. Menurut dia, ia akan berbicara bila waktunya tepat. "Jangan, saya gak mau bicara politik dulu," kata SBY.
Presiden Indonesia ke-6 ini berujar, ia dan Partai Demokrat saat ini memilih fokus untuk menolong rakyat terlebih dahulu ketimbang membahas soal politik. "Bantu rakyat dulu, nanti pada saatnya (akan bicara)," ucap SBY.
Baca juga: Partai Demokrat: #JanganDiam untuk Dukung Kebebasan Berekspresi
Sementara itu, Ketua DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean mengatakan pihaknya memang fokus pada pemenangan di pemilihan kepala daerah 2018 dan membantu rakyat ketimbang bicara soal pemilihan presiden 2019. Partainya baru akan menyatakan sikap seusai Pilkada 2018.
"Bicara capres, kami belum akan bicara sampai Juli nanti. Timeline Partai Demokrat Juli baru akan memutuskan sikap," kata dia di tempat yang sama.
Baca juga: Demokrat: #JanganDiam di Kaus SBY Terinspirasi Seorang Jenderal
Ferdinand menjelaskan saat ini Partai Demokrat masih mengupayakan membentuk poros ketiga yang dinamakan Poros Kerakyatan atau Poros Nusantara. Hal ini sengaja dibuat untuk menyaingi kubu pemerintah yang mengusung kembali Presiden Joko Widodo dan poros keumatan yang digadang-gadang oleh Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Gerindra.
Baca juga: Sekjen Partai Demokrat Jelaskan Arti Kaus #JanganDiam SBY
Untuk mewujudkan poros kerakyatan ini, kata Ferdinand, Partai Demokrat masih mencoba mengajak Partai Amanat Nasional dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Meski PKB kerap mengkampanyekan ketua umumnya, Muhaimin Iskandar, sebagai calon wakil presiden untuk Jokowi, Demokrat yakin hal itu belum tentu terjadi
"Jadi semua masih PDKT (pendekatan). Pilkada selesai baru akan kelihatan siapa yang PDKT-nya menjurus ke pacaran," ujarnya.