TEMPO.CO, Jakarta - Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily mengatakan kasus korupsi yang melilit bekas ketua umum partainya, Setya Novanto, menjadi badai yang memengaruhi elektabilitas partainya. Namun, dia menyebut partai berlogo beringin itu kini tengah melancarkan beberapa upaya guna mendongkrak suara partainya.
"Isu korupsi menjadi kuat di masyarakat dan memengaruhi elektabilitas partai, termasuk pada survei sebelumnya. Tapi kami tidak diam," kata Ace di kawasan Lebak Bulus pada Jumat 11 Mei 2018.
Baca: Partai Golkar Yakin Bisa Dongkrak Citra akibat Kasus Setya
Ace mengatakan partainya masih mengincar para pemilih yang belum memutuskan arah suaranya. "Masih ada undecided voters yang akan menjadi peluang Golkar untuk menaikkan terus suara kami," kata dia. Dengan demikian, menurut dia, peluang partainya untuk memulihkan suara usai kasus Setya Novanto masih cukup tinggi.
Selain itu, Ace mengatakan partainya berkonsentrasi memenangkan pemilihan kepala daerah serentak 2018. Sebab, dia yakin kekuatan kader lokal Golkar yang menjadi kepala daerah bisa berkontribusi pada kenaikan suara partainya. "Khususnya di daerah dengan calon yang merupakan kader asli Golkar," ujarnya.
Daerah tersebut antara lain Jawa Barat yang menjadi lumbung utama suara partai yang dipimpin Airlangga Hartarto itu. "Jawa Timur jadi pertaruhan. Sebab, kalau pilkada dimenangkan, itu bisa menaikkan psikologis, begitu juga di Sulawesi Selatan," kata Ace.
Baca: Airlangga: Golkar Tak Terlibat Uji Materi Masa Jabatan Wapres
Ace juga berharap langkah partainya mendukung Joko Widodo bisa berpengaruh mendongkrak perolehan suara Golkar. Sebagaimana dia menyatakan bahwa dukungan partainya kepada pemerintah merupakan upaya agar suara partainya tak ambles usai kasus Setya Novanto itu.
Walaupun menyadari asosiasi Jokowi dengan PDIP masih sangat kuat, Ace berharap Jokowi bisa memengaruhi perolehan suara partainya. Apalagi, Golkar kini telah membuat Gojo (Golkar Jokowi). "Sampai Agustus akan kami lihat, apakah ada efek positif sehingga bisa terdongkrak suara Golkar," kata dia. Terlebih, elektabilitas Jokowi kini mengalami tren kenaikan.
Dalam survei Roda Tiga Konsultan, elektabilitas Golkar mencapai angka 8,8 persen. Angka itu menurun bila dibandingkan dengan survei sebelumnya pada September 2017 dengan 10,8 persen. Bila dibandingkan dengan Pemilu 2014, suara Golkar anjlok dari sebelumnya 14,8 persen.
Adapun survei mengenai peluang capres-cawapres dan elektabilitas parpol tersebut dilakukan pada 21 April 2018 hingga 2 Mei 2018. Metode yang dilakukan adalah dengan stratified systemic random sampling dengan responden sebanyak 1601 orang dan margin of error 2,5 persen.
Baca: Muhaimin Iskandar Minta Restu Golkar Jadi Cawapres Jokowi