TEMPO.CO, Jakarta - Figur Fatmawati Soekarno sebagai ibu negara pertama di masa kepemimpinan Presiden Sukarno dibahas di Yogyakarta menjelang peringatan hari lahir Kartini setiap 21 April. Tak seperti Kartini yang memperjuangkan pendidikan dan kesetaraan perempuan, Fatmawati Soekarno menggunakan kemampuannya memasak sebagai jalan diplomasi dan dukungan terhadap gerakan melawan Belanda.
Peran Fatmawati Soekarno dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia itu terungkap dalam buku berjudul Fatmawati: Catatan Kecil Bersama Bung Karno yang diulas di Balai Desa Trirenggo, Bantul, Selasa, 17 April 2018.
Baca juga: Simak Kedekatan Puti Guntur Soekarno dengan Ibu Negara Fatmawati
Buku itu menggambarkan bagaimana Fatmawati Soekarno pernah ngotot membeli daging sapi sebagai bahan rendang yang akan dikirim kepada tentara-tentara yang bergerilya melawan Belanda membonceng Netherlands Indies Civil Administration (NICA). Asisten rumah tangga yang membantu di Istana Kepresidenan Yogyakarta saat itu menolak diminta membeli daging.
Fatmawati Soekarno kemudian berangkat sendiri naik becak untuk membeli daging sapi. Padahal waktu itu ia dalam keadaan hamil besar. “Fakta seperti ini tak hadir dalam narasi arus utama sejarah Indonesia. Diplomasi masakan Fatmawati kerap meluluhkan negosiasi yang alot,” kata dosen Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta, Eka Ningtyas.
Fatmawati Soekarno juga menulis tentang kegemarannya memasak untuk Sukarno sebelum ada staf rumah tangga kepresidenan. Dalam buku itu Fatmawati menyatakan Bung Karno selalu minta dirinya memasak masakan yang menjadi kegemaran Sukarno, seperti lodeh rebung, rendang, balado ikan, pecel, tempe goreng, sambel lele, gado-gado, ikan teri goreng, ikan kuning, dan pepes daun singkong. Ini memberikan gambaran pada masa awal kemerdekaan kondisi kepresidenan jauh dari kemewahan atau bersahaja.