TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal mengatakan pemerintah Indonesia terkejut menerima informasi mengenai pelaksanaan hukuman mati terhadap TKI bernama Muhammad Zaini Misrin bin Muhammad Arsyad di Mekah, Arab Saudi.
"Memang pemerintah Indonesia tidak memperoleh notifikasi sebelum eksekusi terhadap Zaini Misrin," kata Lalu Muhammad Iqbal di Kementerian Luar Negeri pada Senin, 19 Maret 2018.
Baca: TKI Zaini Misrin Dimakamkan di Mekah Setelah Dieksekusi Mati
Zaini Misrin, TKI asal Bangkalan, Madura, dieksekusi mati oleh otoritas Arab Saudi pada Ahad lalu sekitar pukul 11.30 waktu Mekah atau sekitar 15.30 waktu Jakarta. Zaini diadili karena dituduh membunuh majikannya pada 2004. Ia pun dijatuhi vonis mati pada 2008. Namun Zaini tidak pernah mengakui sebagai pembunuh.
Iqbal menuturkan pemerintah Indonesia bisa memahami bahwa di Arab Saudi tidak ada aturan yang mewajibkan pemerintah Arab memberikan notifikasi kepada perwakilan asing dalam hal eksekusi mati. Namun, menurut Iqbal, sebagai dua negara yang memiliki hubungan persahabatan yang bagus, baik pada tingkat pemimpin maupun people to people, sepantasnya Arab Saudi memberikan notifikasi.
"Sudah sepantasnyalah pemerintah Arab Saudi memberikan notifikasi kepada pemerintah Indonesia melalui perwakilan di Arab Saudi dalam hal akan terjadinya eksekusi," kata Iqbal.
Baca: Sosok Zaini, TKI yang Dihukum Mati di Arab Saudi
Sejak 2015 atau dilakukannya eksekusi mati terhadap Siti Zaenab, ucap Iqbal, ada kesepahaman yang dibangun di antara para pemimpin Indonesia dan Arab. Kesepahaman tersebut berisi, bila akan terjadi eksekusi lagi, pemerintah Arab Saudi akan memberikan notifikasi kepada keluarga melalui perwakilan Indonesia yang ada di Riyadh atau Jeddah.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Migrant Care Wahyu Susilo menilai eksekusi mati TKI tersebut sebagai bentuk pelanggaran terhadap hak asasi manusia. "Apalagi, menurut pengakuan Zaini Misrin, dia dipaksa mengakui telah melakukan pembunuhan setelah menerima tekanan dan intimidasi dari otoritas Saudi Arabia," tutur Wahyu Susilo saat dihubungi Tempo.