TEMPO.CO, Depok - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Ahmad Basarah meminta tokoh-tokoh persaudaraan alumni aksi 2 Desember 2016 atau alumni 212 memberikan pernyataan menyejukkan dan mempererat persatuan jika mengaku sebagai ulama atau tokoh agama.
Menurut Basarah, jika ulama tidak memberikan imbauan yang memperkuat persaudaraan, mereka bisa disebut sedang berpolitik dan tidak menjalankan fungsinya menegakkan dakwah Islam yang memberikan rahmat untuk semua. "Tentu hal itu sangat kita sayangkan," katanya di Wisma Kinasih, Depok, Jawa Barat, 28 Januari 2018.
Baca: Ketua Alumni 212: Tahun 2019 Ingin Presiden Kita Ganti Enggak
Sebelumnya, Ketua Umum Persaudaraan Alumni 212 Slamet Maarif mengatakan pihaknya mempunyai target mengalahkan calon yang diusung partai tertentu dalam pemilihan kepala daerah 2018. Namun Slamet tidak mau menyebut nama partai itu.
Slamet beralasan alumni 212 menganggap partai tersebut sebagai biang kerok dari permasalahan di Indonesia. Karena itu, alumni 212 akan berusaha agar calon yang diusung partai tersebut kalah.
Meski Slamet menolak menyebut partai yang dia maksud, ia memberi petunjuk bahwa partai itu identik dengan warna merah dan sedang berkuasa. Merujuk pernyataan Slamet, ciri-ciri itu mengacu pada PDIP.
Simak: Persaudaraan Alumni 212: Pembentukan Garda 212 Bersifat Pribadi
Basarah berharap para ulama seyogianya mengajak untuk menguatkan tali persaudaraan sesama muslim, sesama bangsa Indonesia, dan sesama manusia. Ulama, kata dia, harus menyebarkan dakwah menuju Islam yang memberikan rahmat bagi semesta.
Selain itu, kata dia, jika partai yang dimaksud Slamet adalah PDIP, Basarah mempertanyakan dasar tudingan biang kerok itu. "Apa indikatornya?" ujarnya.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat itu menuturkan mayoritas pengurus PDIP beragama Islam dan ada ulama di dalamnya. Karena itu, jika alumni 212 tidak menganggap pihaknya bagian dari persaudaraan Islam di Indonesia, mereka mengingkari keberadaan umat Islam secara keseluruhan.
"Namun demikian, kami percaya, justru dengan fitnah dan provokasi yang demikian itu, masyarakat Indonesia akan melek dan terbuka mata hatinya," ucapnya.