TEMPO.CO, Jakarta - Riset Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada Desember 2017 mencatat sentimen agama terus meningkat pada 2016-2017. Sebanyak 71,4 persen dari 1200 responden merasa pentingnya memilih calon gubernur dan calon wakil gubernur Jakarta yang memiliki kesamaan agama.
Hal itu berimbas pada pemilihan presiden (pilpres) 2019. Dua calon presiden (capres) terkuat, yakni Joko Widodo alias Jokowi dan Prabowo Subianto, dinilai sebagai sosok nasionalis. "Menguatnya sentimen agama menuntut kedua tokoh ini agar mencari pendamping dari kalangan Islam," kata peneliti LSI Taufik Febri di Bakoel Koffie, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 27 Januari 2018.
Baca:
LSI: Muhaimin Iskandar Cawapres Muslim ...
Pengamat Prediksi Bakal Ada 3 Poros Ini di ...
Menurut Taufik, pilkada di DKI Jakarta membangunkan lagi kesadaran masyarakat atas perlunya tokoh Islam. Sejak Presiden ke-4, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur meninggal, menurut Taufik, penduduk Muslim merasa tak ada tokoh sentral yang mewakili mereka untuk menyatukan umat Islam. Padahal, dengan tokoh sentral itu diharapkan dapat mengarahkan umat Islam, setidaknya mengantisipasi menguatnya isu suku, agama, dan ras (SARA) dalam pilpres 2019.
Salah satu cara agar menguatnya isu SARA di pilkada Jakarta tak kembali terulang adalah memilih calon wakil presiden (cawapres) dari tokoh muda Islam sebagai pendamping capres nasionalis.
Baca juga:
Golkar Bantah Opsi Jokowi-Airlangga di Pilpres ... SMRC: Presiden Jokowi Kunci Elektabilitas PDIP ...
LSI mencatat lima nama cawapres itu, yakni Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Muhammad Romahurmuzy, Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman, Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) TGB. M. Zainul Majdi, dan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan. "Lima tokoh ini paling berpeluang mewakili tokoh muda Islam," ujar Taufik.
“Lima tokoh memiliki daya tarik agama dalam Pilpres 2019,” kata Taufik. Survei ini menggunakan metode multistage random samplin dengan margin of error sekitar 2,8 persen.