TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Media Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Ade Armando mengatakan mayoritas penduduk Indonesia menolak lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).
Hal ini diketahui dari survei SMRC yang dilakukan pada Maret 2016, September dan Desember 2017 dengan jumlah responden 1.220 orang. Margin of error survei ini sebesar lebih kurang 3,1 persen sampai 3,2 persen.
Baca juga: Menteri Agama: Tak Ada Agama yang Mentolerir LGBT
Berdasarkan survei tersebut hampir seluruh penduduk Indonesia menilai LGBT adalah ancaman. Sebanyak 87,6 persen berpendapat demikian, sementara 10,8 persen berpandangan sebaliknya, dan sisanya tidak menjawab.
Jumlah tersebut sejalan dengan temuan berikutnya yaitu jika masalah LGBT dikaitkan dengan ajaran agama. Sebanyak 81,5 persen penduduk Indonesia menilai LGBT dilarang agama, dan 8,6 persen sebaliknya. "Dan ini berlaku untuk semua agama," kata Ade dalam diskusi Survei Kontroversi Publik Tentang LGBT di Kantor SMRC, Cikini, Jakarta, Kamis, 25 Januari 2018.
Selain itu, mayoritas masyarakat Indonesia menolak LGBT jika ada di dekatnya dan menjadi pemimpinnya. "Sekitar 80 persen keberatan LGBT jadi tetangganya, dan 90 persen tidak menerimanya jika jadi bupati, gubernur, atau presiden," ujar Ade.
Baca juga: Buya Syafii Minta Bambang Soesatyo agar DPR Tak Melegalkan LGBT
Meski penolakan terhadap LGBT kuat, jika pelakunya merupakan orang dekat maka jumlah masyarakat yang menolak dan menerima nyaris seimbang. Bila ada anggota keluarganya yang LGBT, maka 45,9 persen responden mau menerima dan 53,3 akan menolaknya.
Temuan lainnya adalah sebanyak 57,7 persen menyatakan LGBT punya hak hidup di Indonesia meski 41,1 persen sebaliknya. "Ini kabar menggembirakan bagi mereka yang percaya demokrasi dan HAM. Jadi ada toleransi," ujar Ade.