TEMPO.CO, Yogyakarta - Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif menilai pemerintah kurang perhatian terhadap pembangunan manusia. “Pembangunan infrastuktur seharusnya diimbangi dengan pembangunan manusia,” kata Buya Syafii -sapaan akrab Safii Maarif- dalam jumpa pers tentang mengatasi kesenjangan sosial bersama tokoh Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama dan organisasi Indonesia Tionghoa di Yogyakarta, Rabu, 3 Januari 2018.
Syafii Maarif menyarankan pemerintah bekerja keras mengatasi ketimpangan sosial. Resepnya adalah membumikan sila kelima pancasila yang berbunyi keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Yang dimaksud dengan membumikan sila kelima pancasila, kata Buya, adalah melakukan aksi nyata mengatasi masalah sosial. Kesenjangan sosial, menurut Buya, masih terjadi karena ada 36 persen desa tertinggal dari total penduduk Indonesia sebesar 261 juta.
Baca: Syafii Maarif: Sila Lima Pancasila Kunci Menangkal Radikalisme
Bila ketimpangan itu tidak segera diatasi, ujar Buya, maka persoalan sosial semakin menjadi-jadi dan bisa terjadi bentrok yang tidak perlu. Kondisi itu terus dimanfaatkan politikus tidak beradab dan tidak punya kejujuran. Buya mengajak semua kalangan untuk melakukan aksi-aksi nyata mengatasi kesenjangan sosial itu.
Satu di antaranya adalah menjalin kerja sama dengan organisasi Indonesia Tionghoa. Kerja sama ini sekaligus untuk menangkal sentimen anti-Cina yang selama ini diembuskan oleh sejumlah kalangan demi kepentingan politik mereka.
Baca Juga:
Simak: Pesan Buya Syafii ke Guru Sejarah: Baca Novel dan Filsafat
Wakil Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa (Inti) Budi S. Tanu Wibowo mengatakan organisasinya aktif menyambangi sejumlah tokoh agama untuk bergandengan tangan mengatasi ketimpangan sosial. Mereka menawari santri untuk belajar ke Cina dan Taiwan.
Para santri itu, kata dia, bisa belajar penguasaan bahasa Mandarin untuk menghadapi ekonomi bebas. Setelah rampung belajar dari Cina, mereka akan kembali ke Indonesia untuk membangun ekonomi Indonesia dengan keahlian mereka.
Ada juga beasiswa untuk keluarga miskin. “Kami bersama-sama mengajak semua untuk memerangi kemiskinan. Jangan lagi mau diadu atas nama mayoritas dan minoritas,” kata Budi.
SHINTA MAHARANI