TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Golkar Idrus Marham santer disebut bakal menjadi Menteri Sosial menggantikan Khofifah Indar Parawansa. Menanggapi hal tersebut, Idrus menyatakan kesiapannya menjadi Menteri Sosial.
"Ini, walaupun jawaban klise, tapi semenjak 2009, ini jawaban saya," katanya di kantor Dewan Pimpinan Pusat Golkar, Selasa, 26 Desember 2017.
Dia melanjutkan, berpolitik berarti harus siap mengabdi tanpa melihat status kedudukan. Berpolitik dan berpartai adalah panggilan serta pengabdian untuk cita-cita dan ideologi, apa pun posisi yang diemban. Karena itu, dia menyerahkan sepenuhnya tentang kursi menteri pada mekanisme partai.
Baca juga: Tanggapan Istana Soal Beredarnya Nama Idrus Marham sebagai Mensos
Dia bercerita pengalamannya saat memutuskan mundur menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada 2011 karena menjabat Sekretaris Jenderal Golkar. Ia tidak mencalonkan kembali sebagai anggota Dewan dalam pemilihan legislatif 2014 lantaran fokus mengurusi partai.
Adapun untuk posisi penting lain, ia mengaku menyerahkannya pada partai guna menentukan siapa yang dianggap layak menjabatnya. "Saya punya keyakinan tugas seorang kader itu menunjukkan prestasi dan gagasan yang dapat dilaksanakan untuk kepentingan rakyat untuk kemajuan partai Golkar," ujarnya.
Baca juga: Kabar Idrus Marham Diusulkan Jadi Mensos, Nurdin: Alhamdulillah
Draf kepengurusan Golkar di bawah kepemimpinan Ketua Umum Airlangga Hartarto menyebutkan Idrus akan menjadi Menteri Sosial. Hal itu terlihat saat Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar beberapa waktu lalu. Belakangan, sejumlah pengurus menyatakan draf tersebut tidak benar.
Seperti diketahui, reshuffle kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla kembali bergaung. Sebab, Khofifah berniat maju dalam pemilihan Gubernur Jawa Timur. Selain itu, posisi Airlangga sebagai Menteri Perindustrian juga disorot karena terpilih menjadi Ketua Umum Golkar.