TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar Akbar Tandjung menyatakan tak khawatir jika rencana pencalonan Siti Hadiati Hariyadi atau Titiek Soeharto sebagai Ketua Umum Golkar akan menimbulkan faksi baru. Menurut dia, penentuan ketua umum bakal diserahkan kepada forum musyawarah nasional luar biasa (munaslub).
“Itu semua (faksi) terjadi dalam organisasi Partai Golkar. Namun nanti akhirnya yang menentukan munas,” katanya di Hotel Manhattan, Casablanca, Jakarta Selatan, Ahad, 10 Desember 2017. Menurut dia, penentuan ketua umum harus melalui dinamika dan dukungan dari mayoritas pengurus daerah.
Baca juga: Akbar Tandjung: Usung Titiek Soeharto, Cendana Mau Perkuat Golkar
Kursi kepemimpinan partai penguasa Orde Baru itu ramai dibicarakan setelah Setya Novanto ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Setya dianggap mengatur proses pengadaan kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP), yang berujung pada kerugian negara Rp 2,3 triliun. Banyak pihak yang mendesak agar Golkar memilih ketua umum yang baru setelah Setya ditahan KPK.
Belakangan, nama Menteri Perindustrian, yang juga politikus Partai Golkar, Airlangga Hartarto muncul sebagai calon kuat pengganti Setya di partai berlambang pohon beringin itu. Airlangga setidaknya telah mengantongi dukungan 31 Dewan Pimpinan Daerah tingkat I.
Akbar sendiri mengatakan kehadiran Titiek tidak asing lagi di Partai Golkar. Menurut dia, Titiek adalah kader Golkar yang punya hak untuk mencalonkan diri sebagai ketua umum. “Dia berhak mencalonkan diri. Siapa yang akan memilih, nanti diserahkan ke munaslub,” ujarnya. Ia menilai Titiek telah memenuhi syarat pengalaman untuk menjadi ketua umum.
Meski begitu, Akbar belum mau berbicara soal kans Titiek Soeharto untuk mengambil alih dukungan pengurus daerah kepada Airlangga. “Nanti kita lihat pada waktunya apakah betul 34 itu memberikan dukungan terhadap Airlangga,” ucapnya.