TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Golkar Akbar Tandjung membeberkan pertemuannya dengan Siti Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto di rumahnya di Jalan Cendana, Jakarta Pusat. Akbar menjelaskan, pertemuan tersebut dilakukan setelah ada undangan dari Siti Hardijanti Rukmana alias Tutut Soeharto.
"Pertemuan di Cendana itu memang kami diundang Mbak Tutut," kata mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat itu di Hotel Manhattan, Jakarta Selatan, Ahad, 10 Desember 2017.
Baca juga: Titiek Soeharto Berniat Jadi Ketua Golkar, Pengamat: Belum Teruji
Akbar menuturkan, dalam pertemuan tersebut, Keluarga Cendana menyampaikan ketertarikan untuk memperkuat Partai Golkar pasca-penetapan Ketua Umum Setya Novanto sebagai tersangka korupsi proyek kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP). "Keluarga putri Pak Harto menyampaikan bahwa mereka terpanggil memperkuat Partai Golkar dalam menghadapi agenda politik ke depan," ujarnya.
Akbar menyebut Keluarga Cendana menyetujui rencana mengusung Titiek sebagai calon Ketua Umum Golkar. Dia pun menceritakan kondisi partai yang digadang-gadang memiliki calon ketua umum yang telah mengantongi lebih dari separuh dukungan pengurus daerah, Airlangga Hartarto.
Meski begitu, Akbar meyakini dinamika di partai politik berlambang pohon itu beringin masih membuka kemunculan calon ketua umum lain. "Kalau ini terus sampai ke munas (musyawarah nasional), tentu Airlangga akan menjadi ketua umum karena enggak ada lawan," ucapnya.
Kursi kepemimpinan partai penguasa Orde Baru itu ramai dibicarakan setelah Setya ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi. Setya dianggap mengatur proses pengadaan e-KTP, yang berujung pada kerugian negara Rp 2,3 triliun. Banyak pihak yang mendesak Golkar segera memilih ketua umum yang baru setelah Setya ditahan KPK.
Titiek Soeharto pun menyatakan niatnya untuk menggantikan posisi Setya meski belum pasti akan maju atau dimajukan sebagai calon Ketua Umum Golkar. Namun dia setuju Golkar dan Dewan Perwakilan Rakyat harus segera memiliki ketua definitif. Ia pun mendorong penyelenggaraan musyawarah nasional luar biasa untuk segera mencari pengganti Setya.