TEMPO.CO, Jakarta - Hasil survei Indikator Politik Indonesia menyebutkan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon petahanan akan mendapatkan dukungan terbanyak dalam pemilihan presiden jika pemilihan itu dilakukan sekarang.
Survei Indikator Politik mencatat ada 34,2 persen pemilih Jokowi dan 11,5 persen pemilih Prabowo, Ketua Umum Partai Gerindra, bila simulasi dilakukan dengan cara pemilihan terbuka. Maksudnya, responden tidak diberikan pilihan nama presiden.
Baca: Indikator Politik: Kepuasan Masyarakat terhadap Jokowi 68 Persen
"Ini yang disebut dengan elektabilitas spontan. Dan, ini lebih bagus karena sudah seperti die hard-nya," kata Burhanuddin di kantor Indikator, Cikini pada Rabu, 11 Oktober 2017.
Ketika simulasi dengan 45 nama, Presiden Jokowi memperoleh 47,3 persen dan Prabowo 19 persen. Di urutan berikutnya, Susilo Bambang Yudhoyono, Anies Baswedan, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Gatot Nurmantyo, dan Hary Tanoesoedibyo. Peningkatan jumlah kemungkinan suara yang didapat itu terjadi karena suara terbagi secara proporsional.
"Ini penting karena dalam konteks pemilu, kita dihadapkan pilihan 'siapa lawan siapa, bukan siapa lawan lainya'," ucap Burhanuddin.
Sementara itu, jika menggunakan simulasi 6 nama, Jokowi perolehan 55,3 persen diikuti Prabowo 26,6 persen. Berikutnya, hasil survei mencatat Anies Baswedan mendapat 3,5 persen dan Gatot Nurmantyo 2,9 persen.
Baca: Sosok Jokowi, Yenny Wahid: Badannya Kurus, tapi Staminanya Tinggi
Dengan berbagai simulasi tersebut, hasil survei secara umum tetap menunjukkan bahwa secara keseluruhan Jokowi mendapat suara lebih banyak jika pemilu dilaksanakan pada September 2017. Meski demikian, Burhanudin mengingatkan partai pendukung Jokowi bahwa ketika dilakukan simulasi head to head, jarak antara Jokowi dan Prabowo, hasilnya tidak begitu jauh, yakni 58,9 persen dan 31,3 persen.
Padahal, kata Burhan, sejak 2014 Prabowo belum melakukan aktivitas kampanye secara sistematik. Sementara itu, Jokowi terus melakukan aktivitas ke daerah-daerah, tetapi suaranya tetap tak beranjak sekitar 40-50 persen. "Artinya basis loyalis Pak Prabowo masih banyak itu, sepertiga dari pemilih," kata Burhanuddin.
Baca juga: Survei Pemilu 2019: Resep Jokowi Kalahkan Penantang Baru