Rekonsiliasi 1965, Agus Widjojo: Demi Kepentingan Nasional

Reporter

Selasa, 26 April 2016 15:51 WIB

Ketua Panitia Pengarah Simposium Nasional, Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo, berbicara dalam acara Simposium Nasional Membedah Tragedi 1965 di Hotel Aryaduta, 18 April 2016. Simposium ini diadakan guna menemukan penyelesaian masalah Tragedi 1965. TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Letjen (Purn) Agus Widjojo menilai penguakan dan penyelesaian tragedi 1965 merupakan langkah penting dalam membangun bangsa dan negara ke depan. Oleh karena itu pada pekan lalu diadakan simposium nasional "Membedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan".

"Itu semua idealnya menurut dan sesuai dengan teori rekonsiliasi," kata Agus yang juga berperan sebagai Ketua Dewan Pengarah simposium tersebut.

Di kantornya di kawasan Monumen Nasional Jakarta, Agus menerima Tempo untuk wawancara khusus tentang hal tersebut, pada Kamis pekan lalu. Berikut ini petikan wawancaranya yang dapat dilihat selengkapnya di Majalah Tempo edisi Senin 25 April 2016.

Sebagai Gubernur Lemhannas, Anda melihat penguakan tragedi 1965 ini penting untuk kemajuan bangsa kita ke depannya?
Dilihat dari ketahanan nasional, itu perlu. Saya melihat bagaimana masyarakat terkotak-kotak. Sementara negara lain jalan terus, kita masih saling mencurigai. Ini harus sampai pada suatu pengakhiran yang bisa diterima semua orang.

Simposium ini disebut sebagai langkah awal menuju rekonsiliasi nasional....
Itu semua idealnya menurut dan sesuai dengan teori rekonsiliasi. Ada empat elemen. Pertama, pengungkapan kebenaran, dan ini di atas segala-galanya. Ternyata ada yang mengalami tindak kekerasan, korban, terduga pelaku, dan militer yang bisa bebas melakukan tugas politik tanpa intervensi. Ini adalah pelajaran.

Kedua, soal keadilan. Dan keadilan itu tidak cuma di pengadilan. Ada keadilan tradisional dan ada keadilan restoratif. Korban mengalami kerugian apa saja; fisik, tidak bisa sekolah karena kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Ketiga, kebijakan untuk mengembalikan harkat dan martabat manusia. Dan, keempat, bila ada kelemahan di sisi kewenangan kelembagaan, perlu reformasi kelembagaan.

Keempat poin itu dalam rangka mengembalikan harkat dan martabat bangsa Indonesia. Semua memulai dengan derajat yang sama dan tidak ada diskriminasi. Masalahnya, tidak semua orang mengerti konsep rekonsiliasi. Ada yang maunya keras, langsung ke titik yang dia mau.

Ada kecurigaan bahwa hasil akhirnya akan menggiring bahwa korban tragedi 1965 adalah hasil konflik horizontal. Benarkah demikian?
Intinya simpati terhadap korban itu sangat besar. Kalau mau rekonsiliasi tidak boleh berpihak. Ini hanyalah untuk mereka yang bisa berpikir dalam tataran kenegarawanan. Tapi Pak Nur Kholis dari Komnas HAM jujur bahwa bagaimanapun Komnas HAM harus melihat dari perspektif korban. Sedangkan korban itu banyak. Saya mengatakan rekonsiliasi itu untuk kepentingan nasional. Kepentingan terhadap korban itu nantinya akan mengalir setelah proses rekonsiliasi berlangsung.


BACA JUGA:
Ini Cerita di Balik Penyelenggaraan Simposium 1965
Haruskah Negara Minta Maaf Soal 1965, Ini Kata Agus Widjojo


Ekspektasi publik sangat besar terhadap simposium ini. Apakah harapan mereka terpenuhi?
Yang saya bilang tadi, ini adalah eksperimen. Untuk mencerahkan publik agar punya kedalaman pemahaman tentang tragedi 1965 dan konsep rekonsiliasi sebagai salah satu alternatif pengakhiran pelanggaran berat hak asasi, khususnya tragedi 1965.

Akan ada simposium lanjutan setelah ini?
Itu tergantung kebutuhan. Kalau ada kebutuhan, kami siap.

TITO SIANIPAR

Berita terkait

4 Prajurit Kostrad Gugur di Distrik Paro Nduga Papua, Ini Profil Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat

29 November 2023

4 Prajurit Kostrad Gugur di Distrik Paro Nduga Papua, Ini Profil Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat

Kostrad merupakan salah satu pasukan elit yang dimiliki TNI AD. Begini sejarah pasukan ini.

Baca Selengkapnya

Surat Cinta Bung Karno untuk Ratna Sari Dewi, Berikut Profil Istri Sukarno Bernama Asli Naoko Nemoto

20 November 2023

Surat Cinta Bung Karno untuk Ratna Sari Dewi, Berikut Profil Istri Sukarno Bernama Asli Naoko Nemoto

ANRI kumpulkan 300 arsip Sukarno, di antaranya surat cinta untuk Naoko Nemoto atau Ratna Sari Dewi. Ini profilnya.

Baca Selengkapnya

Sejak Kapan Film Pengkhianatan G30S/PKI Tak Lagi Wajib Tayang dan Tonton?

30 September 2023

Sejak Kapan Film Pengkhianatan G30S/PKI Tak Lagi Wajib Tayang dan Tonton?

Film Pengkhianatan G30S/PKI pernah menjadi film wajib tayang dan tonton bagi siswa seluruh Indonesia. Sejak kapan tak lagi diwajibkan?

Baca Selengkapnya

Berikut Sikap Pemerintah Terhadap Korban Pasca G30S 1965

30 September 2023

Berikut Sikap Pemerintah Terhadap Korban Pasca G30S 1965

Begini sikap pemerintah terhadap korban pasca G30S 1965. Mahfud Md dan Menkumham Yasonna Laoly memberikan peluang repatriasi.

Baca Selengkapnya

Dokumen Gilchrist Versi Keterlibatan Intelijen Asing dalam Peristiwa G30S 1965

29 September 2023

Dokumen Gilchrist Versi Keterlibatan Intelijen Asing dalam Peristiwa G30S 1965

Berbagai versi muncul menjadi latar terjadinya peristiwa G30S yang masa orde disebut G30S/PKI. Salah satunya adanya dokumen Gilchrist. Apa isinya?

Baca Selengkapnya

Pasukan Tengkorak Kostrad Dipercaya Atasi KKB Papua, Begini Pasukan Elite Ini Beraksi

9 Maret 2023

Pasukan Tengkorak Kostrad Dipercaya Atasi KKB Papua, Begini Pasukan Elite Ini Beraksi

Kostrad mempercayakan Pasukan Tengkorak untuk menangani Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua. Berikut profil salah satu pasukan elite TNI itu.

Baca Selengkapnya

Penumpasan G30S: Jejak Sarwo Edhie Wibowo Sang Komandan RPKAD

4 Oktober 2022

Penumpasan G30S: Jejak Sarwo Edhie Wibowo Sang Komandan RPKAD

Sarwo Edhie dan pasukannya bertugas menumpas kelompok G30S dan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang saat itu dianggap bertanggung jawab terhadap G30S.

Baca Selengkapnya

Cerita Prajurit RPKAD Temukan Sumur di Lubang Buaya Tempat Jasad 6 Jenderal Korban G30S

3 Oktober 2022

Cerita Prajurit RPKAD Temukan Sumur di Lubang Buaya Tempat Jasad 6 Jenderal Korban G30S

Hari ini 57 tahun silam, pasca G30S, personel RPKAD menemukan sebuah sumur tua di Lubang Buaya area Halim tempat 6 jasa jenderal dan 1 kapten.

Baca Selengkapnya

Menapaki Jejak Keterlibatan CIA dalam G30S

2 Oktober 2022

Menapaki Jejak Keterlibatan CIA dalam G30S

David T. Johnson, dalam bukunya mengungkapkan bahwa Amerika Serikat, melalui tangan-tangan CIA, turut terlibat dalam G30S pada 30 September 1965.

Baca Selengkapnya

Daftar Buku yang Membedah Peristiwa G30S

30 September 2022

Daftar Buku yang Membedah Peristiwa G30S

Banyak buku yang diterbitkan dalam beragam versi membahas peristiwa G30S. Di antara buku itu ada Gestapu 65 PKI, Sjam, Bung Karno Nawaksara dan G30S.

Baca Selengkapnya