Luhut: Korban 1965 Tak Sampai 500 Ribu Orang

Senin, 18 April 2016 13:26 WIB

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan membuka acara Simposium Nasional Membedah Tragedi 1965 di Jakarta, 18 April 2016. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia telah mengumumkan bukti-bukti pelanggaran HAM berat peristiwa itu pada 2012. Kajian akademik pun telah dilakukan berbagai kalangan. TEMPO/Subekti

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan kaget atas jumlah korban yang diutarakan Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965/1966 (YPKP 1965/1966). YPKP menyebut total korban pasca-peristiwa Gerakan 30 September 1965 mencapai jutaan orang.

"Saya tergelitik dengan jumlah korban yang disebut-sebut sampai 500 ribu orang, bahkan lebih. Korbannya tak sebanyak itu," katanya seusai membuka Simposium Nasional bertajuk 'Membedah Tragedi 1965, Pendekatan Kesejarahan' di Hotel Arya Duta, Jakarta Pusat, Senin, 18 April 2016.

Menurut Luhut, akan ada sikap pro dan kontra dalam simposium yang dilaksanakan atas inisiatif penyelesaian berbagai isu pelanggaran HAM berat masa lalu tersebut. Sikap pro dan kontra itu terkait dengan pelaksanaan serta berbagai pendapat yang diungkap. "Tapi saya, 68 tahun, dengan kapasitas sebagai Menkopolhukam, akan mengatur agar simposium ini berjalan terang," tuturnya.

Luhut menjelaskan, pemerintah memiliki kepentingan untuk menuntaskan isu pelanggaran HAM yang terjadi, termasuk merumuskan kronologi peristiwa yang terjadi di masa lampau. "Ada penyesalan memang, untuk apa yang terjadi saat itu. Kami juga akan mendengar masukan yang muncul dalam simposium ini.”

Letnan Jenderal (Purn) TNI Sintong Pandjaitan juga menampik banyaknya jumlah korban yang disebut-sebut jatuh dalam operasi militer di Jawa Tengah tak lama seusai peristiwa Gerakan 30 September 1965. "Kalau disebut ada korban hingga ratusan ribu, itu pembohongan," ujar Sintong.

Sintong menyatakan, tudingan terkait jumlah korban yang jatuh dalam operasi militer yang digelar Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) dalam mengejar pihak yang terlibat aksi Partai Komunis Indonesia (PKI) tidak tepat. “Kebohongan itu mencoreng harga diri kami sebagai RPKAD," ujar Sintong yang dalam operasi itu menjabat Komandan Pleton.

Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Agus Widjojo, dalam sambutannya, menyampaikan, simposium yang dilaksanakan selama dua hari pada 18-19 April 2016, akan memberi ruang bagi semua pihak yang hadir untuk berbicara. "Ini bukan pengadilan. Sederhananya seperti memutar film tentang 1965 dan melihat apa yang terjadi, soal penyalahgunaan kewenangan, dan sebagainya," ujar Agus.

Simposium ini dihadiri sekitar 200 peserta yang terdiri atas akademisi, korban pelanggaran HAM berat, wakil partai politik, organisasi masyarakat, dan lembaga masyarakat yang berkecimpung di bidang HAM. Kegiatan ini merupakan yang pertama yang diprakarsai oleh pemerintah Indonesia.

YOHANES PASKALIS

Berita terkait

Saat Capres Ganjar Pranowo Sindir 3 Purnawirawan Jenderal yang Disebutnya Mencla-mencle

8 Februari 2024

Saat Capres Ganjar Pranowo Sindir 3 Purnawirawan Jenderal yang Disebutnya Mencla-mencle

Ganjar Pranowo bilang ada purnawirawan jenderal yang menyebut jangan memilih calon tertentu karena latar belakangnya tapi kini berbalik arah mendukung

Baca Selengkapnya

4 Prajurit Kostrad Gugur di Distrik Paro Nduga Papua, Ini Profil Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat

29 November 2023

4 Prajurit Kostrad Gugur di Distrik Paro Nduga Papua, Ini Profil Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat

Kostrad merupakan salah satu pasukan elit yang dimiliki TNI AD. Begini sejarah pasukan ini.

Baca Selengkapnya

Surat Cinta Bung Karno untuk Ratna Sari Dewi, Berikut Profil Istri Sukarno Bernama Asli Naoko Nemoto

20 November 2023

Surat Cinta Bung Karno untuk Ratna Sari Dewi, Berikut Profil Istri Sukarno Bernama Asli Naoko Nemoto

ANRI kumpulkan 300 arsip Sukarno, di antaranya surat cinta untuk Naoko Nemoto atau Ratna Sari Dewi. Ini profilnya.

Baca Selengkapnya

Sejak Kapan Film Pengkhianatan G30S/PKI Tak Lagi Wajib Tayang dan Tonton?

30 September 2023

Sejak Kapan Film Pengkhianatan G30S/PKI Tak Lagi Wajib Tayang dan Tonton?

Film Pengkhianatan G30S/PKI pernah menjadi film wajib tayang dan tonton bagi siswa seluruh Indonesia. Sejak kapan tak lagi diwajibkan?

Baca Selengkapnya

Berikut Sikap Pemerintah Terhadap Korban Pasca G30S 1965

30 September 2023

Berikut Sikap Pemerintah Terhadap Korban Pasca G30S 1965

Begini sikap pemerintah terhadap korban pasca G30S 1965. Mahfud Md dan Menkumham Yasonna Laoly memberikan peluang repatriasi.

Baca Selengkapnya

Dokumen Gilchrist Versi Keterlibatan Intelijen Asing dalam Peristiwa G30S 1965

29 September 2023

Dokumen Gilchrist Versi Keterlibatan Intelijen Asing dalam Peristiwa G30S 1965

Berbagai versi muncul menjadi latar terjadinya peristiwa G30S yang masa orde disebut G30S/PKI. Salah satunya adanya dokumen Gilchrist. Apa isinya?

Baca Selengkapnya

Pasukan Tengkorak Kostrad Dipercaya Atasi KKB Papua, Begini Pasukan Elite Ini Beraksi

9 Maret 2023

Pasukan Tengkorak Kostrad Dipercaya Atasi KKB Papua, Begini Pasukan Elite Ini Beraksi

Kostrad mempercayakan Pasukan Tengkorak untuk menangani Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua. Berikut profil salah satu pasukan elite TNI itu.

Baca Selengkapnya

Melatih Tentara Main Musik, Maestro Biola Ini Diberi Pangkat Letkol Tituler

12 Desember 2022

Melatih Tentara Main Musik, Maestro Biola Ini Diberi Pangkat Letkol Tituler

Sebelum Deddy Corbuzier memperoleh pangkat Letkol Tituler, Idris Sardi sudah lebih dulu mendapatkannya

Baca Selengkapnya

Penumpasan G30S: Jejak Sarwo Edhie Wibowo Sang Komandan RPKAD

4 Oktober 2022

Penumpasan G30S: Jejak Sarwo Edhie Wibowo Sang Komandan RPKAD

Sarwo Edhie dan pasukannya bertugas menumpas kelompok G30S dan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang saat itu dianggap bertanggung jawab terhadap G30S.

Baca Selengkapnya

Cerita Prajurit RPKAD Temukan Sumur di Lubang Buaya Tempat Jasad 6 Jenderal Korban G30S

3 Oktober 2022

Cerita Prajurit RPKAD Temukan Sumur di Lubang Buaya Tempat Jasad 6 Jenderal Korban G30S

Hari ini 57 tahun silam, pasca G30S, personel RPKAD menemukan sebuah sumur tua di Lubang Buaya area Halim tempat 6 jasa jenderal dan 1 kapten.

Baca Selengkapnya