TEMPO.CO, Jakarta - Para keluarga korban pembantaian 1965 meminta pemerintah menghapus diskriminasi terhadap mereka. Sekretaris Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965/1966 (YPKP ’65) Edy Sugianto mengatakan para keluarga korban 1965 memiliki sejumlah tuntutan kepada pemerintah terkait dengan penyelesaian tragedi 1965.
“Ada tiga pokok permasalahan yang harus dituntaskan oleh pemerintah saat simposium nasional ’65 nanti, yaitu masalah HAM, stigma masyarakat terhadap korban 1965, dan pencabutan Ketetapan MPRS Nomor XXV Tahun 1966 yang mendiskriminasikan korban 1965,” kata Edy saat dihubungi Tempo hari ini.
Edy menjelaskan, masalah HAM ini harus diselesaikan dengan ketentuan HAM dan perundang-undangan. Lalu, terkait dengan stigma masyarakat terhadap korban 1965, masalah itu harus diselesaikan dengan adanya pelurusan sejarah. “Karena stigmatisasi sangat erat kaitannya dengan sejarah,” ujarnya.
Terkait dengan Ketetapan MPRS XXV/1966 tentang “Larangan Paham Komunisme/Marxisme-Leninisme di Indonesia”, Edy menuntut pemerintah Indonesia mencabut peraturan tersebut. Edy merasa peraturan dalam Ketetapan MPRS Nomor XXV malah membuat kelompok-kelompok tertentu bisa melegalkan aksi teror dengan dalih penghapusan orang-orang Partai Komunis Indonesia (PKI) di Indonesia.
“Kenyataannya, Ketetapan MPRS Nomor XXV ini malah dijadikan sebagai landasan dasar untuk melakukan teror. Mereka (kelompok-kelompok tertentu) merasa ada dasar hukumnya. Akibatnya, mereka yang tidak pernah berontak malah dikatakan berontak,” tutur Edy.
Hal ini dirasakan Edy ketika ada sekelompok orang yang melarang adanya kegiatan lokakarya YPKP ’65 di Villa Hosana, Desa Cimacan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, pada Kamis, 14 April 2016. “Ya, itu kejadiannya sama dengan pelarangan Festival Belok Kiri beberapa waktu lalu,” ucapnya.
Edy mengatakan sejarah nasional (Indonesia) telah salah. Penulisan sejarah nasional selama ini adalah sejarah kekuasaan, bukan penulisan secara kesejarahan. “Kalau berbicara sejarah nasional, visinya seharusnya mempersatukan bangsa, tapi sejarah nasional sekarang itu memecah anak bangsa,” kata Edy.
“Jadi tiga hal itu harus dituntaskan kalau kita mau menjadikan bangsa ini sesuai dengan apa yang dulu diproklamasikan Sukarno, yakni keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia,” ujar Edy.
NIKOLAUS HARBOWO
Berita terkait
4 Prajurit Kostrad Gugur di Distrik Paro Nduga Papua, Ini Profil Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat
29 November 2023
Kostrad merupakan salah satu pasukan elit yang dimiliki TNI AD. Begini sejarah pasukan ini.
Baca SelengkapnyaSurat Cinta Bung Karno untuk Ratna Sari Dewi, Berikut Profil Istri Sukarno Bernama Asli Naoko Nemoto
20 November 2023
ANRI kumpulkan 300 arsip Sukarno, di antaranya surat cinta untuk Naoko Nemoto atau Ratna Sari Dewi. Ini profilnya.
Baca SelengkapnyaSejak Kapan Film Pengkhianatan G30S/PKI Tak Lagi Wajib Tayang dan Tonton?
30 September 2023
Film Pengkhianatan G30S/PKI pernah menjadi film wajib tayang dan tonton bagi siswa seluruh Indonesia. Sejak kapan tak lagi diwajibkan?
Baca SelengkapnyaBerikut Sikap Pemerintah Terhadap Korban Pasca G30S 1965
30 September 2023
Begini sikap pemerintah terhadap korban pasca G30S 1965. Mahfud Md dan Menkumham Yasonna Laoly memberikan peluang repatriasi.
Baca SelengkapnyaDokumen Gilchrist Versi Keterlibatan Intelijen Asing dalam Peristiwa G30S 1965
29 September 2023
Berbagai versi muncul menjadi latar terjadinya peristiwa G30S yang masa orde disebut G30S/PKI. Salah satunya adanya dokumen Gilchrist. Apa isinya?
Baca SelengkapnyaPasukan Tengkorak Kostrad Dipercaya Atasi KKB Papua, Begini Pasukan Elite Ini Beraksi
9 Maret 2023
Kostrad mempercayakan Pasukan Tengkorak untuk menangani Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua. Berikut profil salah satu pasukan elite TNI itu.
Baca SelengkapnyaPenumpasan G30S: Jejak Sarwo Edhie Wibowo Sang Komandan RPKAD
4 Oktober 2022
Sarwo Edhie dan pasukannya bertugas menumpas kelompok G30S dan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang saat itu dianggap bertanggung jawab terhadap G30S.
Baca SelengkapnyaCerita Prajurit RPKAD Temukan Sumur di Lubang Buaya Tempat Jasad 6 Jenderal Korban G30S
3 Oktober 2022
Hari ini 57 tahun silam, pasca G30S, personel RPKAD menemukan sebuah sumur tua di Lubang Buaya area Halim tempat 6 jasa jenderal dan 1 kapten.
Baca SelengkapnyaMenapaki Jejak Keterlibatan CIA dalam G30S
2 Oktober 2022
David T. Johnson, dalam bukunya mengungkapkan bahwa Amerika Serikat, melalui tangan-tangan CIA, turut terlibat dalam G30S pada 30 September 1965.
Baca SelengkapnyaDaftar Buku yang Membedah Peristiwa G30S
30 September 2022
Banyak buku yang diterbitkan dalam beragam versi membahas peristiwa G30S. Di antara buku itu ada Gestapu 65 PKI, Sjam, Bung Karno Nawaksara dan G30S.
Baca Selengkapnya