Korban 1965 Minta Penghapusan Diskriminasi  

Reporter

Editor

Agung Sedayu

Sabtu, 16 April 2016 04:39 WIB

Sejumlah korban/keluarga tragedi kemanusiaan 1965/1966 melakukan aksi damai di gedung Komnas HAM, Jakarta, Selasa (8/5). Mereka mendesak sidang paripurna untuk mengumumkan segera hasil penyelidikan peristiwa 1965/1966 terbuka. TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO, Jakarta - Para keluarga korban pembantaian 1965 meminta pemerintah menghapus diskriminasi terhadap mereka. Sekretaris Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan 1965/1966 (YPKP ’65) Edy Sugianto mengatakan para keluarga korban 1965 memiliki sejumlah tuntutan kepada pemerintah terkait dengan penyelesaian tragedi 1965.

“Ada tiga pokok permasalahan yang harus dituntaskan oleh pemerintah saat simposium nasional ’65 nanti, yaitu masalah HAM, stigma masyarakat terhadap korban 1965, dan pencabutan Ketetapan MPRS Nomor XXV Tahun 1966 yang mendiskriminasikan korban 1965,” kata Edy saat dihubungi Tempo hari ini.

Edy menjelaskan, masalah HAM ini harus diselesaikan dengan ketentuan HAM dan perundang-undangan. Lalu, terkait dengan stigma masyarakat terhadap korban 1965, masalah itu harus diselesaikan dengan adanya pelurusan sejarah. “Karena stigmatisasi sangat erat kaitannya dengan sejarah,” ujarnya.

Terkait dengan Ketetapan MPRS XXV/1966 tentang “Larangan Paham Komunisme/Marxisme-Leninisme di Indonesia”, Edy menuntut pemerintah Indonesia mencabut peraturan tersebut. Edy merasa peraturan dalam Ketetapan MPRS Nomor XXV malah membuat kelompok-kelompok tertentu bisa melegalkan aksi teror dengan dalih penghapusan orang-orang Partai Komunis Indonesia (PKI) di Indonesia.

“Kenyataannya, Ketetapan MPRS Nomor XXV ini malah dijadikan sebagai landasan dasar untuk melakukan teror. Mereka (kelompok-kelompok tertentu) merasa ada dasar hukumnya. Akibatnya, mereka yang tidak pernah berontak malah dikatakan berontak,” tutur Edy.

Hal ini dirasakan Edy ketika ada sekelompok orang yang melarang adanya kegiatan lokakarya YPKP ’65 di Villa Hosana, Desa Cimacan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, pada Kamis, 14 April 2016. “Ya, itu kejadiannya sama dengan pelarangan Festival Belok Kiri beberapa waktu lalu,” ucapnya.

Edy mengatakan sejarah nasional (Indonesia) telah salah. Penulisan sejarah nasional selama ini adalah sejarah kekuasaan, bukan penulisan secara kesejarahan. “Kalau berbicara sejarah nasional, visinya seharusnya mempersatukan bangsa, tapi sejarah nasional sekarang itu memecah anak bangsa,” kata Edy.

“Jadi tiga hal itu harus dituntaskan kalau kita mau menjadikan bangsa ini sesuai dengan apa yang dulu diproklamasikan Sukarno, yakni keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia,” ujar Edy.

NIKOLAUS HARBOWO

Berita terkait

4 Prajurit Kostrad Gugur di Distrik Paro Nduga Papua, Ini Profil Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat

29 November 2023

4 Prajurit Kostrad Gugur di Distrik Paro Nduga Papua, Ini Profil Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat

Kostrad merupakan salah satu pasukan elit yang dimiliki TNI AD. Begini sejarah pasukan ini.

Baca Selengkapnya

Surat Cinta Bung Karno untuk Ratna Sari Dewi, Berikut Profil Istri Sukarno Bernama Asli Naoko Nemoto

20 November 2023

Surat Cinta Bung Karno untuk Ratna Sari Dewi, Berikut Profil Istri Sukarno Bernama Asli Naoko Nemoto

ANRI kumpulkan 300 arsip Sukarno, di antaranya surat cinta untuk Naoko Nemoto atau Ratna Sari Dewi. Ini profilnya.

Baca Selengkapnya

Sejak Kapan Film Pengkhianatan G30S/PKI Tak Lagi Wajib Tayang dan Tonton?

30 September 2023

Sejak Kapan Film Pengkhianatan G30S/PKI Tak Lagi Wajib Tayang dan Tonton?

Film Pengkhianatan G30S/PKI pernah menjadi film wajib tayang dan tonton bagi siswa seluruh Indonesia. Sejak kapan tak lagi diwajibkan?

Baca Selengkapnya

Berikut Sikap Pemerintah Terhadap Korban Pasca G30S 1965

30 September 2023

Berikut Sikap Pemerintah Terhadap Korban Pasca G30S 1965

Begini sikap pemerintah terhadap korban pasca G30S 1965. Mahfud Md dan Menkumham Yasonna Laoly memberikan peluang repatriasi.

Baca Selengkapnya

Dokumen Gilchrist Versi Keterlibatan Intelijen Asing dalam Peristiwa G30S 1965

29 September 2023

Dokumen Gilchrist Versi Keterlibatan Intelijen Asing dalam Peristiwa G30S 1965

Berbagai versi muncul menjadi latar terjadinya peristiwa G30S yang masa orde disebut G30S/PKI. Salah satunya adanya dokumen Gilchrist. Apa isinya?

Baca Selengkapnya

Pasukan Tengkorak Kostrad Dipercaya Atasi KKB Papua, Begini Pasukan Elite Ini Beraksi

9 Maret 2023

Pasukan Tengkorak Kostrad Dipercaya Atasi KKB Papua, Begini Pasukan Elite Ini Beraksi

Kostrad mempercayakan Pasukan Tengkorak untuk menangani Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua. Berikut profil salah satu pasukan elite TNI itu.

Baca Selengkapnya

Penumpasan G30S: Jejak Sarwo Edhie Wibowo Sang Komandan RPKAD

4 Oktober 2022

Penumpasan G30S: Jejak Sarwo Edhie Wibowo Sang Komandan RPKAD

Sarwo Edhie dan pasukannya bertugas menumpas kelompok G30S dan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang saat itu dianggap bertanggung jawab terhadap G30S.

Baca Selengkapnya

Cerita Prajurit RPKAD Temukan Sumur di Lubang Buaya Tempat Jasad 6 Jenderal Korban G30S

3 Oktober 2022

Cerita Prajurit RPKAD Temukan Sumur di Lubang Buaya Tempat Jasad 6 Jenderal Korban G30S

Hari ini 57 tahun silam, pasca G30S, personel RPKAD menemukan sebuah sumur tua di Lubang Buaya area Halim tempat 6 jasa jenderal dan 1 kapten.

Baca Selengkapnya

Menapaki Jejak Keterlibatan CIA dalam G30S

2 Oktober 2022

Menapaki Jejak Keterlibatan CIA dalam G30S

David T. Johnson, dalam bukunya mengungkapkan bahwa Amerika Serikat, melalui tangan-tangan CIA, turut terlibat dalam G30S pada 30 September 1965.

Baca Selengkapnya

Daftar Buku yang Membedah Peristiwa G30S

30 September 2022

Daftar Buku yang Membedah Peristiwa G30S

Banyak buku yang diterbitkan dalam beragam versi membahas peristiwa G30S. Di antara buku itu ada Gestapu 65 PKI, Sjam, Bung Karno Nawaksara dan G30S.

Baca Selengkapnya