Komnas HAM: Dokumen AS Perjelas Kasus 1965  

Reporter

Editor

Sugiharto

Rabu, 16 Maret 2016 04:24 WIB

Perayaan ulang tahun Partai Komunis Indonesia dirayakan besar -besaran digelar, Presiden Sukarno terlihat mesra berdampingan dengan Ketua Partai Komunis Indonesia D.N Aidit pada 23 Mei 1965. wikipedia. org

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia menilai, dokumen intelijen yang dimiliki Amerika Serikat bisa membuka kebenaran sejarah dalam kasus pelanggaran HAM berat 1965. Alasannya, menurut anggota Komnas HAM, Muhammad Nurkhoiron, catatan sejarah yang ada saat ini berbeda-beda dan kontroversial.

Nurkhoiron berharap, dokumen yang dimiliki bisa memperkuat pembuktian dan memperkokoh hasil pengusutan kasus 1965 oleh Komnas HAM. Komisi menyelidiki kasus tersebut sejak 2008 dan selesai pada 2012 dengan kesimpulan ada pelanggaran HAM berat. "kami tidak tahu, apakah data dari CIA itu memperlemah atau tidak. Tapi korban harus mendapatkan haknya," katanya ketika dihubungi, Selasa, 15 Maret 2016.

Salah satu hak korban, kata dia, adalah mengetahui segala kebenaran dalam suatu kasus. Menurut dia, hak itu diperlukan untuk menyelesaikan pelanggaran HAM yang ada.

Untuk itu, ucap Nurkhoiron, Komnas meminta pemerintah Amerika Serikat membuka dokumen intelijen terkait dengan peristiwa 1965. Permintaan itu disampaikan Nurkhoiron bersama staf Komnas HAM lainnya pada Selasa dan Rabu pekan lalu. Mereka diterima, antara lain, oleh pejabat Kementerian Luar Negeri dan Dewan Keamanan Nasional di gedung Harrys S. Truman di Washington. Saat itu Nurkhoiron menyerahkan surat permohonan dari Ketua Komnas HAM yang ditujukan kepada Obama agar segera membuka dokumen rahasia terkait dengan peristiwa 1965 itu.

Dasar permintaan tersebut, kata Nurkhoiron, adalah Undang-Undang Keterbukaan Informasi Amerika Serikat terkait dengan sebuah dokumen yang bisa diakses oleh umum jika peristiwanya terjadi lebih dari 25 tahun. Seharusnya, menurut Nurkhoiron, permintaan itu bisa dilakukan pada 1995, tapi urung dilaksanakan karena khawatir mengganggu hubungan antara Amerika dan Indonesia.

Nurkhoiron mengatakan saat ini merupakan momen yang paling tepat. Sebab, Presiden Joko Widodo berkomitmen menyelesaikan masalah HAM dan Presiden Barrack Obama pernah tinggal di Indonesia pada 1965. "Ada kedekatan emosional," ujarnya. "Komnas juga bisa meminta ke Jepang, Inggris, dan Australia yang antikomunisme."

Penyelesaian masalah ini, kata Nurkhoiron, sepenuhnya berada di tangan Presiden Jokowi. Sebab, Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi sudah dibekukan pascakeputusan Mahkamah Konstitusi pada 2005. "Semua tergantung pemerintah, bisa melalui Kejaksaan Agung dengan meneruskan bukti kami dan dibawa ke pengadilan maupun penyelesaian di luar pengadilan," katanya.





HUSSEIN ABRI YUSUF

Berita terkait

10 Desember Hari Hak Asasi Manusia Sedunia, Ini Isi Deklarasinya

10 Desember 2023

10 Desember Hari Hak Asasi Manusia Sedunia, Ini Isi Deklarasinya

Peringatan Hari Hak Asasi Manusia Sedunia ke-75 menghadirkan tema dan konsep berbeda di Indonesia, berikut ini tema dan isi deklarasinya.

Baca Selengkapnya

4 Prajurit Kostrad Gugur di Distrik Paro Nduga Papua, Ini Profil Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat

29 November 2023

4 Prajurit Kostrad Gugur di Distrik Paro Nduga Papua, Ini Profil Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat

Kostrad merupakan salah satu pasukan elit yang dimiliki TNI AD. Begini sejarah pasukan ini.

Baca Selengkapnya

Surat Cinta Bung Karno untuk Ratna Sari Dewi, Berikut Profil Istri Sukarno Bernama Asli Naoko Nemoto

20 November 2023

Surat Cinta Bung Karno untuk Ratna Sari Dewi, Berikut Profil Istri Sukarno Bernama Asli Naoko Nemoto

ANRI kumpulkan 300 arsip Sukarno, di antaranya surat cinta untuk Naoko Nemoto atau Ratna Sari Dewi. Ini profilnya.

Baca Selengkapnya

Sejak Kapan Film Pengkhianatan G30S/PKI Tak Lagi Wajib Tayang dan Tonton?

30 September 2023

Sejak Kapan Film Pengkhianatan G30S/PKI Tak Lagi Wajib Tayang dan Tonton?

Film Pengkhianatan G30S/PKI pernah menjadi film wajib tayang dan tonton bagi siswa seluruh Indonesia. Sejak kapan tak lagi diwajibkan?

Baca Selengkapnya

Berikut Sikap Pemerintah Terhadap Korban Pasca G30S 1965

30 September 2023

Berikut Sikap Pemerintah Terhadap Korban Pasca G30S 1965

Begini sikap pemerintah terhadap korban pasca G30S 1965. Mahfud Md dan Menkumham Yasonna Laoly memberikan peluang repatriasi.

Baca Selengkapnya

Dokumen Gilchrist Versi Keterlibatan Intelijen Asing dalam Peristiwa G30S 1965

29 September 2023

Dokumen Gilchrist Versi Keterlibatan Intelijen Asing dalam Peristiwa G30S 1965

Berbagai versi muncul menjadi latar terjadinya peristiwa G30S yang masa orde disebut G30S/PKI. Salah satunya adanya dokumen Gilchrist. Apa isinya?

Baca Selengkapnya

Pasukan Tengkorak Kostrad Dipercaya Atasi KKB Papua, Begini Pasukan Elite Ini Beraksi

9 Maret 2023

Pasukan Tengkorak Kostrad Dipercaya Atasi KKB Papua, Begini Pasukan Elite Ini Beraksi

Kostrad mempercayakan Pasukan Tengkorak untuk menangani Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua. Berikut profil salah satu pasukan elite TNI itu.

Baca Selengkapnya

Penumpasan G30S: Jejak Sarwo Edhie Wibowo Sang Komandan RPKAD

4 Oktober 2022

Penumpasan G30S: Jejak Sarwo Edhie Wibowo Sang Komandan RPKAD

Sarwo Edhie dan pasukannya bertugas menumpas kelompok G30S dan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang saat itu dianggap bertanggung jawab terhadap G30S.

Baca Selengkapnya

Cerita Prajurit RPKAD Temukan Sumur di Lubang Buaya Tempat Jasad 6 Jenderal Korban G30S

3 Oktober 2022

Cerita Prajurit RPKAD Temukan Sumur di Lubang Buaya Tempat Jasad 6 Jenderal Korban G30S

Hari ini 57 tahun silam, pasca G30S, personel RPKAD menemukan sebuah sumur tua di Lubang Buaya area Halim tempat 6 jasa jenderal dan 1 kapten.

Baca Selengkapnya

Menapaki Jejak Keterlibatan CIA dalam G30S

2 Oktober 2022

Menapaki Jejak Keterlibatan CIA dalam G30S

David T. Johnson, dalam bukunya mengungkapkan bahwa Amerika Serikat, melalui tangan-tangan CIA, turut terlibat dalam G30S pada 30 September 1965.

Baca Selengkapnya