Fraksi DPR Condong Dukung Pilkada Sistem Paket  

Reporter

Editor

Sunu Dyantoro

Sabtu, 31 Januari 2015 08:11 WIB

Ketua DPR RI, Setya Novanto (ketiga kanan) melantik Pengganti Antar Waktu (PAW) Ferry Kase (kedua kiri) didampingi pimpinan DPR RI pada Rapat Paripurna Perdana Masa Sidang II 2014-2015 di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, 12 Januari 2015. TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Komisi Pemerintahan Dewan Perwakilan Rakyat Rambe Kamaruzzaman mengatakan mayoritas fraksi mendukung penerapan sistem paket dalam pemilihan kepala daerah. Meski demikian, DPR masih merumuskan mekanisme yang memungkinkan kepala daerah dan wakilnya bisa bekerja tanpa gesekan.

"Kami berpandangan sistem paket lebih ideal. Tapi harus dicari payung hukumnya agar pasangan kepala daerah bisa bekerja sama," ujarnya, Jumat, 30 Januari 2015. (Baca: Golkar, Gerindra Usul Uji Publik Pilkada Dihapus)

Rambe menjelaskan semua fraksi mengakui hubungan di antara kepala derah dan wakilnya acap kali menimbulkan konflik. Potensi gesekan itu akan diantisipasi lewat pasal yang mengatur pembagian tugas dan kewenangan.

"Harus diatur payung hukumnya dalam undang-undang ini agar mereka bisa berbagi tugas. Mau satu atau dua pasangan, itu semua harus diatur. Kesepakatan itu dalam forum rapat sudah mulai mengerucut," katanya. (Baca: SDA: Calon Kepala Daerah dari PPP Lewat Saya Dulu)

Semua fraksi juga cenderung menyepakati opsi pilkada dalam satu putaran. Sebab, proses pilkada umumnya bisa selesai hanya dengan satu putaran. "Perdebatannya hanya soal ambang batas. Ada yang mengharuskan kemenangan di atas 30 persen, ada juga yang mendukung kemenangan tanpa ambang batas," katanya.

"Selain PDIP dan PPP, delapan fraksi lain mendukung ambang batas kemenangan di atas 20 persen," kata anggota Fraksi Golkar ini. (Baca: Golkar Persoalkan Lagi Paket Calon Bupati-Wabup)

Masalah lain yang relatif tidak memunculkan masalah adalah penerapan ambang batas pencalonan. Hampir semua fraksi mendukung aturan 20 persen kursi atau 25 persen suara partai agar bisa mengajukan pasangan calon kepala daerah. Hampir semua fraksi juga mendukung penerapan uji publik.

Namun mekanisme itu perlu disingkat agar tidak memakan waktu lebih lama. "Prinsipnya, harus ada transparansi dan track record yang benar, hanya waktunya yang dipersingkat," ujarnya.

RIKY FERDIANTO

Baca berita lainnya:
Gara-gara Ini, Akbar Tandjung Tinggalkan Ical

Politikus PDIP Sebut Ada 3 Brutus di Ring-1 Jokowi

Dekati Prabowo, Jurus Politik Jokowi Tepuk 2 Lalat

KPK vs Polri: Geger Bila Jokowi Jauhi Koalisi Mega

Berita terkait

Komisi X DPR Bakal Evaluasi Study Tour usai Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana Depok

43 menit lalu

Komisi X DPR Bakal Evaluasi Study Tour usai Kecelakaan Bus SMK Lingga Kencana Depok

Komisi X DPR akan meninjau kembali sejauh mana output study tour terhadap pengembangan pendidikan siswa usai kecelakaan bus SMK LIngga Kencana

Baca Selengkapnya

Draf Revisi UU Penyiaran Tuai Kritik, Komisi I DPR Buka Ruang Masukan dari Publik

3 jam lalu

Draf Revisi UU Penyiaran Tuai Kritik, Komisi I DPR Buka Ruang Masukan dari Publik

Komisi I DPR RI membuka ruang seluas-luasnya bagi masukan dari publik dalam pembahasan revisi UU Penyiaran

Baca Selengkapnya

Wahiddudin Adams Minta Hakim Konstitusi Tak Takut Jika Revisi UU MK Benar Disahkan

13 jam lalu

Wahiddudin Adams Minta Hakim Konstitusi Tak Takut Jika Revisi UU MK Benar Disahkan

Wahiduddin Adams meminta hakim MK tak takut jika perubahan keempat UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, benar-benar disahkan DPR.

Baca Selengkapnya

Draf RUU Penyiaran, Pelarangan Siaran Ekslusif Jurnalisme Investigasi Hambat Pemberantasan Korupsi

14 jam lalu

Draf RUU Penyiaran, Pelarangan Siaran Ekslusif Jurnalisme Investigasi Hambat Pemberantasan Korupsi

Koalisi Masyarakat Sipil menyoroti draft revisi RUU Penyiaran yang bakal mengekang kebebasan pers karena melarang penayangan jurnalisme investigasi.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa Mengadu soal Kenaikan UKT, Komisi X DPR Bakal Panggil Kemendikbud

15 jam lalu

Mahasiswa Mengadu soal Kenaikan UKT, Komisi X DPR Bakal Panggil Kemendikbud

Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Dede Yusuf mengatakan akan memanggil Kemendikbudristek secepatnya untuk membahas polemik UKT.

Baca Selengkapnya

Komisi X DPR Akan Bentuk Panja untuk Investigasi Mahalnya UKT Kampus

17 jam lalu

Komisi X DPR Akan Bentuk Panja untuk Investigasi Mahalnya UKT Kampus

Komisi X DPR RI sepakat untuk membentuk Panja Pembiayaan Pendidikan untuk mengetahui penyebab kenaikan UKT.

Baca Selengkapnya

Beda Sikap Soal Perubahan Keempat UU MK

17 jam lalu

Beda Sikap Soal Perubahan Keempat UU MK

Revisi UU MK menjadi ancaman sangat serius bagi Indonesia sebagai negara hukum.

Baca Selengkapnya

Golkar Klaim Putusan MK Jadi Pertimbangan Setujui Revisi UU Kementerian Negara

17 jam lalu

Golkar Klaim Putusan MK Jadi Pertimbangan Setujui Revisi UU Kementerian Negara

Anggota Fraksi Golkar, Bambang Hermanto, mengatakan revisi terhadap Undang-Undang Kementerian Negara mesti dilakukan.

Baca Selengkapnya

Seperti PDIP, PKS Setujui Revisi UU Kementerian Negara dengan Catatan

18 jam lalu

Seperti PDIP, PKS Setujui Revisi UU Kementerian Negara dengan Catatan

Hari ini, Rapat pleno Baleg DPR menyepakati pengambilan keputusan atas hasil penyusunan revisi UU Kementerian Negara menjadi usul inisiatif DPR.

Baca Selengkapnya

PDIP Setujui Revisi UU Kementerian Negara Jadi Usul Inisiatif DPR, Beri 5 Catatan

19 jam lalu

PDIP Setujui Revisi UU Kementerian Negara Jadi Usul Inisiatif DPR, Beri 5 Catatan

Meski menyetujui revisi UU Kementerian Negara dibahas pada tingkat selanjutnya, namun PDIP mesti memberikan catatan.

Baca Selengkapnya