Asvi Warman Usul Tiga Solusi untuk Hilangkan Stigma 1965  

Reporter

Editor

Senin, 11 Oktober 2010 14:03 WIB

Asvi Warman Adam. TEMPO/Bismo Agung
TEMPO Interaktif, Jakarta - Sejarahwan sekaligus peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman Adam mengatakan, ada tiga hal yang bisa dilakukan untuk rekonsiliasi peristiwa tahun 1965 yang diawali oleh Gerakan 30 September.

Soal ini disampaikan Asvi saat acara peluncuran dan diskusi buku bertajuk Kuasa Stigma dan Represi Ingatan karya Tri Guntur Narwaya di kantor Komnas Ham, Jakarta, Senin (11/10).

Menurut Asvi, solusi pertama yang perlu dilakukan adalah mendorong Komisi Nasional Hak Asasi Manusia untuk segera menyelesaikan penyelidikan terkait tragedi 1965. "Komnas Ham sedang kerjakan penyelidikan Adhoc terkait peristiwa tahun 65. Ini hrs diteruskan dan didukung," ujarnya.

Solusi berikutnya, lanjut Asvi, adalah dengan segera membentuk Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR). "KKR itu kan catatan sejarah apa yang sebetulnya terjadi saat itu. KKR ini perlu didorong kembali, diwujudkan segera sebelum orang-orang yang menjadi saksi makin menghilang," kata dia. KKR sebenarnya sudah selesai dibuat kembali undang-undangnya dan sekarang di tangan sekretariat negara.

Solusi terakhir, papar Asvi, adalah dengan penerbitan buku terkait peristiwa tahun 1965 sebagai upaya penyembuhan bagi korban. Dia menganggap penerbitan buku itu sebagai upaya pelurusan sejarah yang pada hakikatnya bisa diperdebatkan secara akademis namun secara sosial politik ini merupakan sesuatu hal yang ditunggu para korban untuk mendapatkan kelanjutan informasi mengenai kejadian tersebut.

Menurut Asvi, hanya dengan cara-cara seperti itulah stigma terkait peristiwa 1965 bisa dikurangi. "Kenapa sitgma berlangsung begitu lama, karena media semuanya melakukan itu untuk tujuan yang sama. Selain itu rekayasa juga dilakukan bertahap, berkala dan periodik. Itu yang menyebabkan stigma bertahan sedemikian lama dan rekayasa berjalan dengan efektif," tutur dia.

Asvi mengatakan, peristiwa tahun 1965 itu menimbulkan lima peristiwa terkait. Pertama adalah peristiwa Gerakan 30 September. Setelah itu terjadilah pembunuhan masal. Lalu terjadi pula kepada beberapa pelajar di luar negeri yang paspornya dicabut kemudian menjadi eksil karena kehilangan kewarganegaraan. Keempat adalah terjadinya pembuangan banyak orang ke Pulau Buru. Terakhir, epresi terhadap korban dan keluarga yang terjadi selama bertahun-tahun.

Terkait dengan upaya rekonsiliasi peristiwa tahun 1965, menurut Asvi, saat ini sudah terlihat meski masih dominan di kalangan elit. Lalu ada pula di forum-forum seperti Forum Silaturahmi Anak Bangsa. Namun itu belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat. "Tapi yang jadi masalah yang di kalangan bawah. Lalu ada pula di kalangan masyarakat Islam dan organisasinya. Karena dikatakan PKI anti agama dianggap kafir dan musuh Islam. Ini yang harus dicoba dihilangkan," kata Asvi.

MUTIA RESTY

Berita terkait

4 Prajurit Kostrad Gugur di Distrik Paro Nduga Papua, Ini Profil Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat

29 November 2023

4 Prajurit Kostrad Gugur di Distrik Paro Nduga Papua, Ini Profil Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat

Kostrad merupakan salah satu pasukan elit yang dimiliki TNI AD. Begini sejarah pasukan ini.

Baca Selengkapnya

Surat Cinta Bung Karno untuk Ratna Sari Dewi, Berikut Profil Istri Sukarno Bernama Asli Naoko Nemoto

20 November 2023

Surat Cinta Bung Karno untuk Ratna Sari Dewi, Berikut Profil Istri Sukarno Bernama Asli Naoko Nemoto

ANRI kumpulkan 300 arsip Sukarno, di antaranya surat cinta untuk Naoko Nemoto atau Ratna Sari Dewi. Ini profilnya.

Baca Selengkapnya

Sejak Kapan Film Pengkhianatan G30S/PKI Tak Lagi Wajib Tayang dan Tonton?

30 September 2023

Sejak Kapan Film Pengkhianatan G30S/PKI Tak Lagi Wajib Tayang dan Tonton?

Film Pengkhianatan G30S/PKI pernah menjadi film wajib tayang dan tonton bagi siswa seluruh Indonesia. Sejak kapan tak lagi diwajibkan?

Baca Selengkapnya

Berikut Sikap Pemerintah Terhadap Korban Pasca G30S 1965

30 September 2023

Berikut Sikap Pemerintah Terhadap Korban Pasca G30S 1965

Begini sikap pemerintah terhadap korban pasca G30S 1965. Mahfud Md dan Menkumham Yasonna Laoly memberikan peluang repatriasi.

Baca Selengkapnya

Dokumen Gilchrist Versi Keterlibatan Intelijen Asing dalam Peristiwa G30S 1965

29 September 2023

Dokumen Gilchrist Versi Keterlibatan Intelijen Asing dalam Peristiwa G30S 1965

Berbagai versi muncul menjadi latar terjadinya peristiwa G30S yang masa orde disebut G30S/PKI. Salah satunya adanya dokumen Gilchrist. Apa isinya?

Baca Selengkapnya

Pasukan Tengkorak Kostrad Dipercaya Atasi KKB Papua, Begini Pasukan Elite Ini Beraksi

9 Maret 2023

Pasukan Tengkorak Kostrad Dipercaya Atasi KKB Papua, Begini Pasukan Elite Ini Beraksi

Kostrad mempercayakan Pasukan Tengkorak untuk menangani Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua. Berikut profil salah satu pasukan elite TNI itu.

Baca Selengkapnya

Penumpasan G30S: Jejak Sarwo Edhie Wibowo Sang Komandan RPKAD

4 Oktober 2022

Penumpasan G30S: Jejak Sarwo Edhie Wibowo Sang Komandan RPKAD

Sarwo Edhie dan pasukannya bertugas menumpas kelompok G30S dan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang saat itu dianggap bertanggung jawab terhadap G30S.

Baca Selengkapnya

Cerita Prajurit RPKAD Temukan Sumur di Lubang Buaya Tempat Jasad 6 Jenderal Korban G30S

3 Oktober 2022

Cerita Prajurit RPKAD Temukan Sumur di Lubang Buaya Tempat Jasad 6 Jenderal Korban G30S

Hari ini 57 tahun silam, pasca G30S, personel RPKAD menemukan sebuah sumur tua di Lubang Buaya area Halim tempat 6 jasa jenderal dan 1 kapten.

Baca Selengkapnya

Menapaki Jejak Keterlibatan CIA dalam G30S

2 Oktober 2022

Menapaki Jejak Keterlibatan CIA dalam G30S

David T. Johnson, dalam bukunya mengungkapkan bahwa Amerika Serikat, melalui tangan-tangan CIA, turut terlibat dalam G30S pada 30 September 1965.

Baca Selengkapnya

Daftar Buku yang Membedah Peristiwa G30S

30 September 2022

Daftar Buku yang Membedah Peristiwa G30S

Banyak buku yang diterbitkan dalam beragam versi membahas peristiwa G30S. Di antara buku itu ada Gestapu 65 PKI, Sjam, Bung Karno Nawaksara dan G30S.

Baca Selengkapnya