Manuver PDIP Dinanti, Puan Dinilai Bisa Meretas Koalisi
Reporter
Dewi Nurita
Editor
Juli Hantoro
Kamis, 14 Juli 2022 17:05 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Manuver Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP menjelang Pilpres 2024 dinanti partai-partai lain. Dalam Rakernas Juni lalu, Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri memberi mandat kepada Ketua DPP PDIP Puan Maharani untuk menjalin komunikasi dengan para ketua umum partai.
Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro menilai gerak PDIP membangun komunikasi ke partai-partai nantinya sedikit banyak akan memberi pengaruh bagi dinamika koalisi yang mulai mengerucut saat ini. Setidaknya saat ini mulai terlihat tiga poros, yakni; Koalisi Indonesia Bersatu (KIB)--bentukan Golkar, PAN, dan PPP, Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) bentukan Partai Gerindra dan PKB, serta rencana koalisi poros Gondangdia bersama NasDem, Demokrat, dan PKS.
"Di titik inilah kepiawaian Puan Maharani meretas koalisi dinanti, karena untuk menghasilkan kemenangan tiga kali berturut-turut (hattrick) dalam konteks Pileg dan Pilpres, PDIP tak bisa sendirian, walaupun telah memenuhi presidential threshold," ujar Agung lewat keterangan tertulis, Kamis, 14 Juli 2022.
Jika Puan tidak lihai, kata Agung, maka realitas politik bisa berulang seperti Pemilu 1999. Ketika itu, PDIP menang Pileg, namun kalah di Pilpres sehingga hanya menempatkan Megawati sebagai wakil Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
"Situasinya mirip dengan kondisi saat ini, ketika dalam berbagai temuan rilis lembaga survei kredibel menunjukkan PDIP masih bertengger di peringkat teratas, namun menghadapi kompleksitas saat berbicara figur capres yang akan diusung karena mengemuka sosok Puan dan Ganjar," ujar Agung.
Tiga Skenario
Ia menyebut, ada tiga kemungkinan skenario yang bisa saja dimainkan PDIP di Pilpres 2024 ini. Pertama, Puan sebagai capres. Untuk skenario ini, kata Agung, kans terbesar untuk berkoalisi hanya terbuka ke KIB, karena sampai sekarang belum ada nama resmi yang diajukan untuk sebagai capres maupun cawapres. Namun untuk dapat diterima sebagai capres pun, ujar dia, Puan mesti kerja keras mendongkrak elektabilitasnya yang masih di kisaran satu koma.
Selanjutnya skenario kedua...
<!--more-->
Kedua, jika Puan sebagai cawapres, opsi koalisi lebih banyak. Selain KIB, Puan diprediksi berpotensi maju bersama Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto diusung Koalisi Indonesia Raya atau dengan Koalisi Gondangdia yang membawa Anies Baswedan sebagai capres rekomendasi.
Tapi jika sudah sampai batas waktu dan elektabilitas Puan tak kunjung membaik, Agung menyebut PDIP mungkin saja mempertimbangkan opsi ketiga, yakni melepas posisi capres atau cawapres kepada Ganjar Pranowo sebagaimana Megawati memberikan kursi kepada Jokowi di dua periode sebelumnya.
"Tapi apabila PDIP tetap solid mengusung Puan untuk maju, baik sebagai capres atau cawapres, PR-nya apakah PDIP mampu menahan Ganjar agar tak maju ke Pilpres? Karena bila tidak, efeknya terstruktur, sistematis, dan masif terhadap skenario PDIP untuk hattrick di pileg dan pilpres, karena suara partai di elit maupun publik secara keseluruhan menjadi terbelah ke sosok Puan atau Ganjar," ujar Agung.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat Bidang Pemenangan Pemilu PDIP Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul sebelumnya menyebut, Puan akan memulai komunikasi politik dengan ketua-ketua umum partai dalam waktu dekat.
"Kemungkinan dalam waktu dekat, tapi pastinya saya tidak tahu, kan Bambang Pacul tidak pegang jadwalnya Mbak Puan," tuturnya dua hari lalu.
Menurut Bambang, Puan hanya bertugas membangun komunikasi dengan semua partai. Ihwal keputusan calon presiden dan calon mitra koalisi, ujar dia, tetap di tangan Megawati. Bambang pun mengaku tidak bisa menerka-nerka siapa calon yang akan dipilih Megawati.
Kata dia, semua kader mempercayakan sepenuhnya kepada Megawati dan akan manut pada apapun keputusan putri Bung Karno tersebut. "Ibu (Megawati) itu istilahnya sudah soko guru, pengalamannya dalam politik ini sulit ditandingi. Jadi ibu bilang apa pun, menunjuk siapa pun, kami tegak lurus. Kan sudah terbukti Pak Jokowi menang dua kali," tutur Bambang Pacul.
Baca juga: Puan Maharani dan AHY Dinilai Bisa Wujudkan Islah Politik PDIP dan Demokrat
DEWI NURITA
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.