Di Acara PDIP, Cak Nun: Presiden Sekarang Sudah Bener, tapi Belum Tepat

Reporter

Dewi Nurita

Editor

Amirullah

Senin, 11 April 2022 07:55 WIB

Emha Ainun Nadjib saat berakting dalam gladi resik pentas teater berjudul "Nabi Darurat Rasul Ad-Hoc" di Gedung Kesenian Jakarta, Pasar Baru, Jakarta, Kamis (8/3) malam. Nabi Darurat Rasul Ad-Hoc merupakan refleksi terbaru Emha Ainun Nadjib terhadap carut marut keadaan manusia di bumi dan akan dipentaskan 9 Maret 2012. TEMPO/Agung Pambudhy

TEMPO.CO, Jakarta - Bukan Cak Nun namanya jika tidak menyelipkan kritik maupun sindiran terhadap pemerintah dalam berbagai kesempatan. Kali ini, sindiran disampaikan oleh budayawan bernama lengkap Muhammad Ainun Nadjib itu dalam acara "Sinau Bareng Cak Nun" di Masjid At-Taufiq Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Ahad malam, 11 April 2022. Acara tersebut diselenggarakan oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan dihadiri oleh sejumlah elite partai tersebut.

Di acara itu, Cak Nun menyampaikan kegundahannya akan negara Indonesia yang masih belum juga menjadi negara maju. Padahal, ujar dia, Indonesia adalah negara besar dengan tanah yang subur dan sumber daya alam yang berlimpah, serta memiliki kekayaan rempah-rempah yang tidak terbatas. Ditambah lagi, ujar Cak Nun, potensi sumber daya manusia dan kekayaan budaya Indonesia yang luar biasa. Di budaya Jawa saja, Cak Nun mencontohkan, ada 18 istilah trah leluhur.

"Jadi wahai Amerika, wahai Rusia, wahai negara yang merasa kuat dan adikuasa, jangan pikir kalian benar-benar berkuasa, karena kami adalah bangsa dengan peradaban yang punya skala waktu hingga 18 generasi. Sehingga ilmu kami, manajemen kami, akan jauh melebihi kalian semua. Cuman masalahnya, sekarang belum tepat presidennya, gitu aja," ujar Cak Nun dalam acara yang digelar hingga hampir tengah malam, Ahad, 10 April 2022.

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto dan Ketua DPP PDIP Puan Maharani yang duduk tepat di sebelah Cak Nun hanya tersenyum dibalik masker yang mereka kenakan mendengar pernyataan tersebut, sementara penonton lainnya banyak yang bersorak dan bertepuk tangan. Cak Nun lantas cepat-cepat melanjutkan pernyataannya.

"Jangan marah ya, jangan marah. Saya tidak mengatakan (presiden) salah lho ya. Saya tidak mengatakan salah atau jelek, hanya belum tepat. Kalau bahasa Jawa itu ada bener, ada pener. Nah ini (presiden) sudah bener, tapi belum pener," ujar Cak Nun kepada Hasto dan Puan.

Advertising
Advertising

Menurut Cak Nun, pernyataaan itu bukanlah bentuk kritik, hanya sebuah harapan untuk mendapatkan pemimpin yang lebih baik lagi di masa depan untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara makmur dan sejahtera.

"Aku ingin besok pagi, sebelum dan sesudah 2024, kita akan mengalami revolusi besar-besaran dari dalam diri kita. Bukan revolusi untuk menjatuhkan presiden dan penguasa, ndak. Revolusi yang akan dipimpin oleh presiden dan para sesepuh lainnya. Mereka yang akan memimpin kesadaran baru, mereka yang akan memimpin kelahiran kembali bangsa Indonesia. Dan akan terjadi siklus itu. Saya tidak meramal, tapi akan terjadi siklus itu," ujar Cak Nun.

DEWI NURITA

Berita terkait

PKS Usung Duet Anies Baswedan-Sohibul Iman, PDIP Yakin Masih Bisa Dinegosiasikan

3 jam lalu

PKS Usung Duet Anies Baswedan-Sohibul Iman, PDIP Yakin Masih Bisa Dinegosiasikan

PKS yakin Anies Baswedan dan Sohibul Iman adalah sosok yang baik untuk mengikuti Pilgub Jakarta 2024.

Baca Selengkapnya

PKS Sebut Duet Anies Baswedan- Sohibul Iman Bukan Harga Mati tapi Logis

3 jam lalu

PKS Sebut Duet Anies Baswedan- Sohibul Iman Bukan Harga Mati tapi Logis

PKS menilai langkah partai mengusung Anies Baswedan dan kadernya sendiri Mohamad Sohibul Iman di Pilgub Jakarta, merupakan langkah yang logis.

Baca Selengkapnya

Tanggapan PDIP dan PKB Usai PKS Usung Anies-Sohibul di Pilkada Jakarta

5 jam lalu

Tanggapan PDIP dan PKB Usai PKS Usung Anies-Sohibul di Pilkada Jakarta

PKS mengumumkan duet Anies Baswedan-Sohibul Iman di Pilkada Jakarta. Sebelumnya, DPW PKB Jakarta juga telah deklarasi dukung Anies.

Baca Selengkapnya

Puan Maharani Sebut PDIP Berpotensi Usung Kadernya Sendiri di Pilkada Jakarta

21 jam lalu

Puan Maharani Sebut PDIP Berpotensi Usung Kadernya Sendiri di Pilkada Jakarta

Ketua DPP PDIP Puan Maharani mengatakan sejumlah kader partai banteng punya kemampuan menonjol untuk bersaing di Pilkada Jakarta.

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Bahas Nasib Industri Tekstil yang Terpuruk, Sritex Dikabarkan Bangkrut

22 jam lalu

Terkini: Jokowi Bahas Nasib Industri Tekstil yang Terpuruk, Sritex Dikabarkan Bangkrut

Terkini: Presiden Joko Widodo atau Jokowi kumpulkan menteri untuk bahas nasib industri tekstil yang terpuruk. PT Sritex dikabarkan bangkrut.

Baca Selengkapnya

KPK Targeting Hasto Kristiyanto for Harun Masiku Bribery Case

1 hari lalu

KPK Targeting Hasto Kristiyanto for Harun Masiku Bribery Case

The KPK questioned Hasto Kristiyanto again in connection with the Harun Masiku bribery case.

Baca Selengkapnya

Geger Isu Pergantian Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto Usai Diperiksa KPK

1 hari lalu

Geger Isu Pergantian Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto Usai Diperiksa KPK

Menukil laporan Majalah Tempo, disebutkan bahwa PDIP bersiap menggantikan Hasto Kristiyanto dari posisinya sebagai Sekjen usai diperiksa KPK.

Baca Selengkapnya

Said Abdullah Klaim PKB Condong Usung Anies Baswedan di Pilgub Jakarta

1 hari lalu

Said Abdullah Klaim PKB Condong Usung Anies Baswedan di Pilgub Jakarta

PDIP dan PKB telah melakukan pertemuan untuk membahas potensi kerja sama Pilkada 2024. Nama Anies Baswedan mencuat untuk diusung.

Baca Selengkapnya

Said Abdullah Sebut Belum Pernah Ada Pembicaraan Pergantian Sekjen PDIP

1 hari lalu

Said Abdullah Sebut Belum Pernah Ada Pembicaraan Pergantian Sekjen PDIP

Isu pergantian Sekretaris Jenderal PDIP mencuat setelah Hasto Kristiyanto diperiksa Komisi Pemberantasa Korupsi (KPK) pada pekan lalu.

Baca Selengkapnya

Kata Politikus PDIP soal Isu Pergantian Sekjend Usai Hasto Kristiyanto Diperiksa KPK

1 hari lalu

Kata Politikus PDIP soal Isu Pergantian Sekjend Usai Hasto Kristiyanto Diperiksa KPK

Hasto Kristiyanto menduga rencana untuk menggantikan dirinya dari jabatan Sekretaris Jenderal merupakan upaya untuk memecah belah partai.

Baca Selengkapnya