Ini Alasan DPR Kritik BPOM Soal Pengembangan Vaksin Nusantara

Jumat, 9 April 2021 09:20 WIB

Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto saat mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu, 10 Maret 2021. Terawan mengatakan dengan inisiatif Vaksin Nusantara, maka diharapkan masyarakat yang masuk dalam pengecualian kriteria vaksin dapat tetap menerima vaksin Nusantara. TEMPO/M Taufan Rengganis

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Kesehatan DPR Emanuel Melkiades Laka Lena menjelaskan alasannya mengkritik Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) soal pengembangan vaksin Nusantara.

“Secara aturan, ternyata semalam ditemukan bahwa Badan POM tidak memiliki kewenangan hukum untuk menilai preklinik ya dan bahkan juga mengintervensi proses yang secara akademik atau ilmiah lagi berjalan,” kata Melki kepada Tempo, Jumat, 9 April 2021.

Melki mengatakan, kedudukan hukum Badan POM dalam urusan penelitian selama ini tidak seperti yang dilakukan semestinya. Jika terdapat kekurangan dalam hasil uji klinik fase I vaksin Nusantara, Melki menilai mestinya bisa disempurnakan, bukan malah menolak meloloskan ke uji klinis fase kedua. “Jadi kewenangan Badan POM ini yang dilakukan sudah melampaui kewenangan yang diberikan peraturan,” katanya.

Alasan lainnya, Melki menilai pengembangan vaksin tersebut tidak boleh dihentikan Badan POM. Sebab, pengembangannya masih dalam fase penelitian dan tidak ada hal mendasar yang mengakibatkan kejadian fatal bagi subyek penelitian.

Melki juga menyebut bahwa ada perlakuan berbeda yang sangat kasat mata terlihat mengenai pemberian izin penggunaan darurat (EUA) vaksin lain. BPOM, kata Melki, lebih longgar memberikan EUA hanya dengan menilai dokumen dan modal kepercayaan dari institusi yang memberikan laporan tersebut.

Advertising
Advertising

“Dan kenapa kami katakan longgar, karena belum pun keluar hasil penelitian yang dibutuhkan itu sudah bisa digunakan untuk kebutuhan massal. Sementara ini baru konteks peneltian terbatas begitu strict dan kakunya Badan POM memperlakukan vaksin Nusantara dan Merah Putih sebagai produk anak negeri,” ujarnya.

Menurut Melki, asalkan ada political will, Badan POM semestinya bisa membantu dan mendukung pengembangan vaksin Covid-19 dalam negeri.

Dalam rapat kerja di DPR, Kepala Badan POM Penny Lukito diberondong sejumlah pertanyaan dan kritik dari anggota Komisi Kesehatan DPR soal pengembangan vaksin yang dikerjakan oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto ini.

Sejumlah anggota komisi mendorong Penny agar memberikan izin uji klinis fase II terhadap vaksin Nusantara yang diinisiasi mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. "Di DPR begitu kami ngomong tolong ini diperhatikan, bagaimana supaya bisa izin uji klinis tahap dua keluar," kata Saleh Daulay, anggota Komisi IX DPR dari Fraksi PAN.

Fadholi, anggota dari Fraksi NasDem, juga meminta Penny melakukan pendampingan terhadap pengembangan vaksin Nusantara. "Indonesia ini kalau bukan kita sendiri yang menghargai karya anak bangsa lalu siapa lagi? Saya yakin banyak orang-orang pintar," ujar Fadholi.

Baca juga: Kisah Silang Pendapat DPR dan BPOM Soal Vaksin Nusantara

Berita terkait

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

8 jam lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

13 jam lalu

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

KPK melanjutkan penyelidikan kasus dugaan korupsi pengadaan sarana kelengkapan rumah jabatan anggota DPR RI tahun anggaran 2020

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

15 jam lalu

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

DPR menyatakan kebijakan Arab Saudi bertolak belakang dengan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Baca Selengkapnya

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

1 hari lalu

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

Partai Gelora menyebut PKS selalu menyerang Prabowo-Gibran selama kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

2 hari lalu

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

Gerindra menggugat di MK, karena perolehan suaranya di DPR RI dapil Papua Tengah menghilang.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

2 hari lalu

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

PKS belum membuat keputusan resmi akan bergabung dengan pemerintahan Prabowo atau menjadi oposisi.

Baca Selengkapnya

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

5 hari lalu

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

Proyek Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) yang sedang dibangun di Pelabuhan Benoa, Bali, harus memberi manfaat yang besar bagi masyarakat Bali.

Baca Selengkapnya

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

5 hari lalu

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

Bawaslu minta jajarannya menyiapkan alat bukti dan kematangan mental menghadapi sidang sengketa Pileg di MK.

Baca Selengkapnya

Prabowo dan Gibran Ikrar Sumpah Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Oktober 2024, Pahami Isinya

5 hari lalu

Prabowo dan Gibran Ikrar Sumpah Jabatan Presiden dan Wakil Presiden Oktober 2024, Pahami Isinya

Pasca-putusan MK, pasangan Prabowo-Gibrang resmi ditetapkan KPU sebagai pemenang pemilu. Sumpah jabatan mereka akan diikrarkan pada Oktober 2024.

Baca Selengkapnya

Terkini: Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat, TKN Prabowo-Gibran Sebut Susunan Menteri Tunggu Jokowi dan Partai

6 hari lalu

Terkini: Anggota DPR Tolak Penerapan Iuran Pariwisata di Tiket Pesawat, TKN Prabowo-Gibran Sebut Susunan Menteri Tunggu Jokowi dan Partai

Anggota Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Sigit Sosiantomo mengatakan penetapan tarif tiket pesawat harus memperhatikan daya beli masyarakat.

Baca Selengkapnya