Koalisi Sipil dan Akademisi Teken Petisi Tolak Komponen Cadangan

Kamis, 18 Februari 2021 20:48 WIB

Ilustrasi TNI. ANTARA

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah tokoh masyarakat, akademisi, dan gabungan koalisi masyarakat sipil menekan petisi bersama, terkait dengan rencana pembentukan Komponen Cadangan yang diinisiasi oleh Kementerian Pertahanan. Mereka mendesak agar rencana ini dihentikan karena tidak memiliki urgensi.

"Kami mendesak agar Pemerintah tidak perlu membentuk Komponen Cadangan saat ini. Selain tidak mendesak, di tengah situasi krisis global akibat pandemi Covid-19, seharusnya pemerintah lebih fokus untuk mengalokasikan anggaran untuk pemulihan ekonomi serta penguatan komponen utamanya, yakni TNI, ketimbang membentuk Komponen Cadangan," tulis petisi yang diteken Kamis, 18 Februari 2021.

Akademisi yang ikut dalam petisi ini mencangkup dosen-dosen dari Universitas di Indonesia, seperti Sigit Riyanto dan Zainal Arifin Mochtar dari UGM, Chusnul Mar'iyah dari UI, Busyro Muqoddas dari UII Yogyakarta, hingga Anton Aliabbas dari Universitas Paramadina. Petisi juga diikuti oleh sejumlah organisasi buruh, organisasi mahasiswa, hingga lembaga NGO.

Dalam argumennya, mereka mempertanyakan pengesahan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 3 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan UU Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara (UU PSDN). Berdasarkan aturan ini, pada tahap awal akan merekrut 25.000 masyarakat dan mengalokasikan pembentukan Komponen Cadangan sebesar Rp 1 triliun. Hal ini dinilai akan menjadi beban baru bagi anggaran sektor pertahanan yang saat ini jumlahnya masih terbatas.

Baca juga: ISSES Sebut Pembentukan Komponen Cadangan Jangan Tergesa-gesa

Advertising
Advertising

Mereka menilai pembentukan UU PSDN yang menjadi dasar hukum terbentuknya PP Nomor 3 Tahun 2021 sesungguhnya mengandung masalah formil dan materil. Masalah formil pembentukan UU PSDN, kata mereka, terlihat dari proses pembentukan undang-undang tersebut yang dilakukan secara terburu-buru, cenderung tertutup, dan minim partisipasi publik.

"Padahal, prinsip pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik harus dilakukan secara terbuka dengan melibatkan partisipasi masyarakat," kata mereka.

Mereka melihat Pemerintah dan DPR sebaiknya fokus untuk memperkuat komponen utamanya, yakni TNI dalam modernisasi alutsista dan meningkatkan kesejahteraan prajuritnya guna mewujudkan tentara yang profesional, ketimbang membentuk Komponen Cadangan.

Selain itu, mereka menilai sanksi pidana selama paling lama 4 tahun bagi Komcad yang menolak panggilan mobilisasi terlalu berlebihan dan berbahaya.

"Hal ini tentu menyalahi prinsip conscientious objection (hak untuk menolak atas dasar keyakinannya) yang merupakan prinsip utama dalam pelibatan warga sipil dalam pertahanan di berbagai negara yang sudah diakui dalam norma HAM internasional," kata mereka.

Salah satu persoalan utama dari aturan tentang Komponen Cadangan adalah terkait ruang lingkup ancaman yang akan dihadapi yang sangat luas. Dalam Pasal 4 UU PSDN, Komcad yang telah disiapkan dan dibentuk pemerintah dapat digunakan untuk menghadapi ancaman keamanan dalam negeri seperti dalih untuk menghadapi ancaman bahaya komunisme, terorisme, dan konflik dalam negeri yang berpotensi menimbulkan terjadinya konflik horizontal di masyarakat.

"Dalam sejarah Indonesia, proses militerisasi sipil oleh kekuasaan pernah digunakan oleh penguasa untuk mengamankan kekuasaan yang sering menimbulkan kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia," kata mereka.

Karena itu, mereka melihat pembentukan Komponen Cadangan dikhawatirkan akan menjadi sarana dilegalkannya para milisi untuk kepentingan menghadapi kelompok masyarakat dalam negara sendiri. Lebih dari itu, pembentukan Komcad yang dipaksakan pada saat ini, punya kecenderungan dimensi politisnya yakni untuk kepentingan politik praktis ketimbang untuk kepentingan pertahanan.

Berita terkait

Prabowo Hadiri Halalbihalal Bersama Pegawai Kemenhan, Ini Pesannya

1 hari lalu

Prabowo Hadiri Halalbihalal Bersama Pegawai Kemenhan, Ini Pesannya

Prabowo mengatakan misi pertahanan adalah misi yang sangat menentukan.

Baca Selengkapnya

8 Personel Militer Suriah Terluka dalam Serangan Israel di Damaskus

4 hari lalu

8 Personel Militer Suriah Terluka dalam Serangan Israel di Damaskus

Suriah mengatakan delapan personel militernya terluka akibat serangan Israel di sekitar ibu kota Damaskus.

Baca Selengkapnya

Jang Ki Yong Comeback Setelah Wamil, Jadi Ayah dalam The Atypical Family

5 hari lalu

Jang Ki Yong Comeback Setelah Wamil, Jadi Ayah dalam The Atypical Family

Drama terbaru Jang Ki Yong setelah wamil The Atypical Family akan tayang Sabtu-Minggu mulai 4 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Filmografi Gal Gadot Tak Hanya Wonder Woman, Bikin Film Kontroversi Bearing Witness To the October 7th Massacre

6 hari lalu

Filmografi Gal Gadot Tak Hanya Wonder Woman, Bikin Film Kontroversi Bearing Witness To the October 7th Massacre

Gal Gadot aktor asal Israel yang sukses berkiprah dalam dunia industri hiburan Hollywood. Berikut beberapa filmnya, bukan hanya Wonder Woman.

Baca Selengkapnya

75 Tahun Hubungan Diplomatik, India dan Indonesia Adakan Pameran dan Seminar Industri Pertahanan

6 hari lalu

75 Tahun Hubungan Diplomatik, India dan Indonesia Adakan Pameran dan Seminar Industri Pertahanan

Pameran sekaligus seminar Industri Pertahanan ini dalam rangka peringatan 75 tahun hubungan diplomatik India-Indonesia.

Baca Selengkapnya

Album Solo RM BTS, Wajib Militer hingga Lukisan Yun Hyong-keun

8 hari lalu

Album Solo RM BTS, Wajib Militer hingga Lukisan Yun Hyong-keun

RM BTS akan meluncurkan album solo kedua

Baca Selengkapnya

Muhammad Ali Tolak Wajib Militer untuk Perang Vietnam, Gelar Tinju Dunianya Dicopot

8 hari lalu

Muhammad Ali Tolak Wajib Militer untuk Perang Vietnam, Gelar Tinju Dunianya Dicopot

Keputusan petinju Muhammad Ali tolak wajib militer berbuntut panjang. Pada 29 April 1967, gelar tinju kelas berat dunia dan lisensi tinjunya dicopot.

Baca Selengkapnya

Spanyol Akan Kirim Rudal Patriot ke Ukraina

9 hari lalu

Spanyol Akan Kirim Rudal Patriot ke Ukraina

Kementerian Pertahanan Spanyol tidak mengungkap berapa banyak rudal patriot untuk Ukraina. Hanya menyebut rudal tiba beberapa hari ke depan.

Baca Selengkapnya

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

10 hari lalu

Filipina Pastikan Belum Ada Kata Sepakat dengan Beijing soal Laut Cina Selatan

Filipina menyangkal klaim Beijing yang menyebut kedua negara telah mencapai kata sepakat terkait sengketa Laut Cina Selatan

Baca Selengkapnya

4 Fakta Lanud Soewondo yang Jadi Lokasi Konser Sheila on 7 di Medan

11 hari lalu

4 Fakta Lanud Soewondo yang Jadi Lokasi Konser Sheila on 7 di Medan

Konser Sheila on 7 akan digelar di lima kota termasuk Medan yang akan di langsungkan di Pangkalan Udara Seowondo, 14 September 2024

Baca Selengkapnya