Tak Setuju Dana Saksi dari APBN, Ini Cara NasDem Biayai Saksi

Kamis, 18 Oktober 2018 22:25 WIB

Sekretaris Jenderal Partai Nasdem, Johnny G Plate memberikan keterangan terkait penetapan tersangka kepada salah satu kadernya Mustafa oleh KPK. Jumat, 16 Februari 2018. TEMPO/Chitra Paramaesti.

TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai NasDem, Johnny G. Plate, mengatakan partai politik seharusnya mampu menyiapkan dana saksi untuk pemilihan umum. Kuncinya, partai harus menerapkan rekrutmen saksi yang efisien.

Baca: NasDem Tolak Usulan Dana Saksi Pemilu 2019 Dibebankan ke Negara

Johnny menuturkan, partainya membentuk Komisi Saksi Nasional (KSN) yang memiliki anggota di tingkat nasional, provinsi, hingga kabupaten dan kota. "Dia organik di struktur DPP NasDem," kata dia saat ditemui di Cikini, Jakarta, Kamis, 18 Oktober 2018.

Anggota KSN dipersiapkan bertugas di semua acara Pemilu, baik itu pemilihan kepala daerah, legislatif, hingga pemilihan presiden. Menurut Johnny, cara ini mampu menekan biaya saksi dibandingkan menggunakan saksi lepas. Saksi lepas biasanya hanya ditunjuk pada Pemilu tertentu. Dengan begitu, kata dia, biaya bisa lebih hemat.

Selain membentuk organisasi organik, Johnny menuturkan rekrutmen saksi yang efisien bisa dilakukan dengan mengandalkan kader partai yang menjadi peserta pemilu. "Para calon bisa mencari kerabat, sahabat, teman, atau orang-orang dari lingkungan yang sama untuk menjadi saksi di setiap TPS," katanya. Hubungan kedekatan tersebut bisa mengurangi ongkos karena kerabat, kata dia, biasanya tak meminta bayaran.

Baca: Dana Saksi Diusulkan Masuk APBN, PDIP: Untuk Bencana Saja

Dengan metode tersebut, Johnny menilai usulan pembiayaan saksi menggunakan uang negara tak perlu muncul kembali. Lagi pula tak ada payung hukum bagi pembiayaan saksi melalui APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).

Advertising
Advertising

Dia menuturkan, dana saksi Pemilu akan memakan banyak sekali anggaran. Saat ini terdapat 850 ribu tempat pemungutan suara (TPS) di seluruh Indonesia. Jika dua saksi ditempatkan di satu TPS, jumlah saksi yang harus dibiayai mencapai 1,7 juta orang. "Sementara ada 16 partai. Berapa biayanya?" kata dia.

Pembiayaan saksi juga riskan lantaran pemerintah harus memastikan eksistensi saksi. Belum lagi masalah pertanggungjawaban dana yang akan muncul karena tak ada aturan ke mana dana tersebut diberikan.

Baca: Bawaslu Tidak Mau Kelola Dana Saksi Pemilu

Tanpa persiapan matang, Johnny mengatakan pembiayaan saksi oleh negara hanya akan menambah masalah. "Jangan sampai dana saksi disisipkan, yang nantinya membuat masalah sendiri terhadap Pemilu secara keseluruhan," kata dia. "Serahkan saja kepada partai politik."

Komisi II DPR sebelumnya meminta saksi dibiayai negara. Dananya disarankan dikelola oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) sebagai penyelenggara pemilu. Usul ini bertentangan dengan keputusan rapat antara anggota dewan dan pemerintah yang menolak saksi dibiayai menggunakan APBN.

Berita terkait

Bappenas Pastikan Makan Siang Gratis Tidak Bersumber dari Dana BOS

41 menit lalu

Bappenas Pastikan Makan Siang Gratis Tidak Bersumber dari Dana BOS

Bappenas menyatakan tidak ada pihak swasta yang akan ikut mensponsori program makan siang gratis.

Baca Selengkapnya

Alasan Pengamat Bilang Ada Harapan Koalisi Perubahan Berlanjut di Pilkada Aceh

4 jam lalu

Alasan Pengamat Bilang Ada Harapan Koalisi Perubahan Berlanjut di Pilkada Aceh

Suara partai anggota Koalisi Perubahan pada Pileg 2024 menjadi modal pertama untuk menatap Pilkada Aceh.

Baca Selengkapnya

Bea Cukai jadi Sorotan, CITA Sarankan Sejumlah Langkah Perbaikan

9 jam lalu

Bea Cukai jadi Sorotan, CITA Sarankan Sejumlah Langkah Perbaikan

Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) menyoroti kritik publik terhadap Ditjen Bea Cukai belakangan ini.

Baca Selengkapnya

KPU Sangkal Ada Pergeseran Suara dari NasDem ke Hanura di Pileg DPRD Sintang

17 jam lalu

KPU Sangkal Ada Pergeseran Suara dari NasDem ke Hanura di Pileg DPRD Sintang

"Tidak terjadi perubahan atau pergeseran suara Partai Hanura," kata kuasa hukum KPU Ali Nurdin di gedung MK.

Baca Selengkapnya

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

19 jam lalu

Indef Minta Pemerintah Antisipasi Penurunan Konsumsi pada Triwulan II

Pemerintah diminta untuk mengantisipasi potensi menurunnya kinerja konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan II 2024.

Baca Selengkapnya

Serba-serbi UKT: Landasan Penetapan Besaran UKT di Perguruan Tinggi Negeri

1 hari lalu

Serba-serbi UKT: Landasan Penetapan Besaran UKT di Perguruan Tinggi Negeri

Pembahasan besaran Uang Kuliah Tunggal disingkat UKT kerap menjadi persoalan yang kerap diprotes mahasiswa di Perguruan Tinggi Negeri (PTN).

Baca Selengkapnya

Jaksa KPK Buka Peluang Hadirkan Ahmad Sahroni sebagai Saksi Persidangan SYL untuk Jelaskan Aliran Dana ke NasDem

1 hari lalu

Jaksa KPK Buka Peluang Hadirkan Ahmad Sahroni sebagai Saksi Persidangan SYL untuk Jelaskan Aliran Dana ke NasDem

KPK membuka peluang menghadirkan Bendahara Umum NasDem Ahmad Sahroni sebagai saksi dalam persidangan dengan terdakwa Syahrul Yasin Limpo (SYL).

Baca Selengkapnya

NasDem dan PAN Berebut Kursi Keenam di Sengketa Pileg, Saldi Isra: Dari Pilpres Sudah Berbeda

1 hari lalu

NasDem dan PAN Berebut Kursi Keenam di Sengketa Pileg, Saldi Isra: Dari Pilpres Sudah Berbeda

PAN dan NasDem bersengketa soal kursi keenam di sidang PHPU pileg. Saldi menilai peselisihan itu unik karena mereka tak memperebutkan kursi terakhir.

Baca Selengkapnya

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

1 hari lalu

Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen: Menumbuhkan Sebuah Optimisme

Presiden Jokowi mengatakan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11 persen di kuartal pertama tahun ini patut disyukuri.

Baca Selengkapnya

Peluang Duet Ahok-Anies di Pilgub DKI Jakarta 2024

1 hari lalu

Peluang Duet Ahok-Anies di Pilgub DKI Jakarta 2024

Nama Ahok dan Anies masuk dalam bursa calon gubernur Pilkada DKI Jakarta 2024. Bahkan keduanya disandingkan sebagai duet Ahok-Anies.

Baca Selengkapnya