Penunjukan Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar belum mengakhiri persoalan yang dihadapi partai berlambang pohon beringin tersebut. Lembaga kajian Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menilai kepemimpinan Airlangga punya pekerjaan rumah cukup berat untuk mengantisipasi sejumlah ancaman pada tahun politik 2018 dan 2019.
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Bidang Kajian Ideologi dan Kebijakan Publik Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar Happy Bone Zulkarnain mengatakan Golkar bisa jadi akan turun ke partai nomor tiga, bahkan menjadi partai liliput yang mendekati organisasi masyarakat, jika gagal membangun branding Golkar bersih.
"Data terakhir setelah kasus Setya Novanto, elektabilitas Golkar berada di bawah angka 10 persen," kata Happy, dalam sebuah diskusi di bilangan Guntur, Jakarta Selatan, pada Jumat, 29 Desember 2017.
Menurut Happy, permasalahan di tubuh Golkar yang menurunkan elektabilitas partai bukanlah kapal, melainkan nahkodanya.
Happy mengakui, tingkat kepercayaan masyarakat kepada Golkar anjlok dengan fakta 7 dari 19 kepala daerah yang terjaring operasi tangkap tangan (OTT) oleh KPK adalah kader Golkar.
Sebelumnya, dalam pembukaan Musyawarah Nasional Luar Biasa Golkar, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto meyakinkan kadernya jika Golkar tidak akan pernah menjadi partai nomor tiga. "Golkar pernah menjadi partai nomor satu, dua, tapi tidak akan pernah menerima nasib menjadi partai nomor tiga," kata Airlangga, Senin, 18 Desember 2017.
Adapun salah satu upaya Airlangga setelah resmi menjadi ketua umum partai adalah merangkul kembali kader partai yang sempat dipecat pemimpin sebelumnya, Setya Novanto. Menghadirkan sosok-sosok yang dapat merepresentasikan Golkar bersih ingin diwujudkan Airlangga.
Setidaknya ada dua kader partai yang sempat “disingkirkan” Setya Novanto tapi digandeng Airlangga. Mereka adalah Ahmad Doli Kurnia dan Yorrys Raweyai. Keduanya adalah kader yang terang-terangan menunjukkan sikap berseberangan dengan Setya Novanto.
Yorrys, misalnya, getol mendesak agar musyawarah nasional Golkar digelar untuk mengganti Setya. Yorrys bahkan mengetuai tim kajian elektabilitas Golkar. Hasil kajian itu menyatakan elektabilitas Golkar tergerus lantaran kasus korupsi yang menjerat Setya.
Dalam perjalanan partai hingga terselenggaranya munaslub, Yorrys berada pada kubu pendukung Airlangga. “Golkar butuh pemimpin bersih,” ujar Yorrys, November lalu.
Istana Sebut Prabowo dan Ridwan Kamil Punya Kedekatan Pribadi
4 hari lalu
Istana Sebut Prabowo dan Ridwan Kamil Punya Kedekatan Pribadi
Kepala Kantor Kepresidenan Hasan Nasbi tidak mau banyak berkomentar mengenai pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan Calon Gubernur Jakarta Ridwan Kamil.