Komnas HAM Akan Lanjutkan Penyelidikan Peristiwa 1965

Sabtu, 21 Oktober 2017 10:48 WIB

Jurnalis investigasi asal Amerika Serikat Allan Nairn bersama komisioner Komnas HAM Nur Kholis memberikan keterangan kepada media terkait kasus-kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia di di kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Senin 3 November 2014. TEMPO/Dian Triyuli Handoko

TEMPO.CO, Jakarta - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyatakan bakal melanjutkan penyelidikan kasus pelanggaran HAM berat terkait dengan peristiwa 1965. Rencana itu dicetuskan setelah dokumen rahasia Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia periode 1964-1968 dibuka ke publik.

"Penyelidikan lanjutan mungkin dilakukan karena memang Jaksa Agung belum menaikkan statusnya ke penyidikan," kata Ketua Komnas HAM Nur Kholis kepada Tempo, Jumat, 20 Oktober 2017.

Baca: Amnesty International: Dokumen AS Gambaran Awal Peristiwa 1965

Sebagai langkah awal, Nur Kholis mengatakan lembaganya dalam waktu dekat akan meminta dokumen resmi di Amerika Serikat. Menurut dia, Komnas HAM telah berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta. "Pekan depan kami mendiskusikan dokumen itu," ujarnya.

Sejak 2008, Komnas HAM telah mengusut dugaan adanya pembantaian secara terorganisasi terhadap anggota dan simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) ini. Namun upaya penyelesaian kasus pelanggaran HAM berat ini belum juga berlanjut.

Baca: Dokumen AS Dibuka, Diskusi Sejarah 1965 Berpotensi Diawasi

Persoalannya, berkas penyelidikan yang diserahkan Komnas HAM kepada Kejaksaan Agung disebut tak lengkap. Berkas tersebut berulang kali dikembalikan sehingga perkara dugaan pelanggaran HAM berat tersebut tak pernah naik ke penyidikan. Pada 2012, hasil penyelidikan Komnas HAM menyimpulkan ada dugaan kuat pelanggaran HAM berat dalam peristiwa 1965.

Rencana Komnas HAM melanjutkan penyelidikan didukung koalisi masyarakat sipil. Direktur Amnesty International Indonesia Usman Hamid mengatakan Komnas HAM bisa menjadikan dokumen itu informasi tambahan. Sikap yang sama seharusnya juga dilakukan pemerintah dengan menjadikan momen ini untuk mengungkap fakta tentang peristiwa 1965-1965. "Dokumen ini sudah bicara gamblang. Kalau pemerintah ragu, bisa ajukan bukti dengan membuka arsip militer," kata Usman.

Dokumen rahasia itu antara lain memuat sejumlah informasi tentang keterlibatan Amerika Serikat dan TNI Angkatan Darat dalam rencana kudeta pemerintahan Presiden Sukarno. Ada juga informasi tentang dugaan keterlibatan militer dan sejumlah organisasi kemasyarakatan dalam pembunuhan terhadap anggota dan simpatisan PKI selepas peristiwa 30 September 1965.

Berita terkait

Agus Widjojo, Gubernur Lemhannas yang Menginisiasi Rekonsiliasi Tragedi 1965

5 Oktober 2021

Agus Widjojo, Gubernur Lemhannas yang Menginisiasi Rekonsiliasi Tragedi 1965

Agus Widjojo merupakan Gubernur Lemhannas yang menginisiasi Rekonsiliasi Tragedi '65. Berikut adalah profil singkatnya.

Baca Selengkapnya

Gus Dur dan Permintaan Maaf atas Pembantaian 1965

4 Oktober 2021

Gus Dur dan Permintaan Maaf atas Pembantaian 1965

Gus Dur pernah meminta maaf atas pembantaian yang menimpa ratusan ribu terduga simpatisan PKI setelah peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S)

Baca Selengkapnya

Kisah S. Parman yang Memiliki Kakak Petinggi PKI

1 Oktober 2021

Kisah S. Parman yang Memiliki Kakak Petinggi PKI

S. Parman memiliki kakak yang merupakan petinggi PKI dan diduga mengetahui rencana penculikan para jenderal pada aksi G30S

Baca Selengkapnya

Tiga Versi Cerita G30S Ini Memiliki Dalang yang Berbeda-Beda

30 September 2021

Tiga Versi Cerita G30S Ini Memiliki Dalang yang Berbeda-Beda

Siapa dalang sebenarnya di balik peristiwa G30S hingga kini masih menuai pertanyaan. Ada yang menyebut PKI, konflik militer, hingga CIA

Baca Selengkapnya

Sebelum 1965, PKI Pernah Terlibat dalam Dua Pemberontakan Ini

30 September 2021

Sebelum 1965, PKI Pernah Terlibat dalam Dua Pemberontakan Ini

PKI pernah terlibat dua pemberontakan melawan penjajahan kolonial Hindia Belanda

Baca Selengkapnya

Duka Maria dan Rukmini, Dua Wanita Istimewa Pierre Tendean

29 September 2021

Duka Maria dan Rukmini, Dua Wanita Istimewa Pierre Tendean

Kesehatan Maria Elizabeth Cornet menurun setelah anaknya, Pierre Tendean, wafat. Sementara Rukmini butuh bertahun-tahun memulihkan perasaannya

Baca Selengkapnya

Dua Film Ini Punya Kisah Alternatif Mengenai Tragedi 1965

29 September 2021

Dua Film Ini Punya Kisah Alternatif Mengenai Tragedi 1965

Jagal dan Senyap, dua film karya Joshua Oppenheimer ini punya cerita alternatif mengenai tragedi 1965

Baca Selengkapnya

Mereka yang Terasingkan di Negeri Orang usai G30S

29 September 2021

Mereka yang Terasingkan di Negeri Orang usai G30S

Setelah peristiwa G30S, pemerintahan Soeharto mencabut paspor mahasiwa Indonesia yang kuliah di negara-negara komunis

Baca Selengkapnya

Bicara Desukarnoisasi, Megawati Minta Nadiem Luruskan Sejarah 1965

24 November 2020

Bicara Desukarnoisasi, Megawati Minta Nadiem Luruskan Sejarah 1965

Megawati menilai sejarah di masa 1965-1967 seperti dipotong dan dihapus oleh pemerintah Orde Baru.

Baca Selengkapnya

YPKP 65 Laporkan 346 Kuburan Massal Korban 1965 ke Komnas HAM

3 Oktober 2019

YPKP 65 Laporkan 346 Kuburan Massal Korban 1965 ke Komnas HAM

YPKP 65, kata Bedjo, siap bekerja sama dengan Komnas HAM untuk menunjukkan lokasi keseluruhan kuburan massal.

Baca Selengkapnya